Jumat, 21 Desember 2012


Upaya Yayasan Sayap Ibu Dalam Menangani Anak ADHD
 (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
(Laporan ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BKI Anak dan Remaja)

Dosen Pengampu      : A. Said Hasan Basri, M.Si

Disusun :
Miftakhul Muayati
10220067

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Allah SWT menciptakan manusia dari setetes air mani yang bertemu dengan sel telur dan kemudian berproses selama 9 bulan 10 hari kemudian lahirlah seorang anak. Anak adalah dambaan setiap orang tua,setiap orang tua pasti menginginkan seorang anak untuk menjadi generasi penerus mereka.  Orang tua juga berharap kelak anaknya lahir dengan sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Akan tetapi manusia hanya bisa berikhtiar karena, semua yang akan terjadi sudah ditentukan oleh Allah SWT.
            Namun pada kenyataanya, cukup banyak dijumpai di sekitar kita, bahwa tidak semua anak dilahirkan dalam keadaan normal dan sempurna (lengkap jasmani dan rohani). Selain karena bawaan sejak lahir atau karena sebab yang lain yang terjadi saat proses perkembangan, maka tidak sedikit anak yang mengalami cacat fisik ataupun mental. Dan salah satunya adalah anak yang menderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Akan tetapi ini semua tidak lepas dari perhatian orang tua khususnya yang mempunyai anak menderita ADHD.
Anak menderita ADHD adalah anak yang mengalami hambatan dan gangguan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan masyarakat, bertingkah laku dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hal ini mereka terhambat atau kurang dalam bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggalnya.
            Anak menderita ADHD bukanlah musibah bagi orang tua, namun mereka merupakan anak yang istimewa. Dalam perkembangannya seorang anak yang hiperaktif mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengasuhan untuk memperoleh kasih sayang dan ilmu pengetahuan yang akan membantu perkembangannya dimasa yang akan datang. Namun,pada kenyataannya tidak semua anak Anak menderita ADHDmempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengasuhan yang layak dari orang tuanya. Masih banyak dari mereka yang sampai saat ini hidup tanpa pengasuhan dari orang tua.
Walaupun tidak  ada data yang pasti mengenai pertumbuhan dan sebaran anak dengan ADHD di Indonesia, namun perhatian terhadap fenomena ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Hal ini tampak dengan semakin banyaknya yayasan, panti, maupun sekolah yang menerima dan memberikan perlakuan khusus bagi anak-anak tersebut. Sayangnya, penyebaran pengetahuan mengenai ADHD masih belum merata karena kurangnya informasi mengenai ADHD yang dapat dijadikan panduan sehingga tidak urung banyak orang yang keliru melakukan identifikasi awal terhadap anak-anak tersebut dan akhirnya berujung pada kekeliruan lain didalam memberikan penanganan dan perlakuan yang tepat.
Berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam menangani anak ADHD, kesulitan dan hambatan serta kemungkinan solusi bagi orang tua, saudara kandung, pengasuh, dan anak itu sendiri dalam berbagai bidang kehidupan seperti belajar, bermain, dan bekerja, sampai penanganan terbaru untuk anak ADHD dan berbagai isu serta mitos yang berkaitan dengan penanganan ADHD pada anak, yang merupakan tujuan utama dari observasi ini.            
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi ke Yayasan Sayap Ibu untuk menampung anak-anak yang lahir terlantar. Dengan sabar mereka merawat anak-anak yang mempunyai kekurangan. Bukan hanya mereka yang Anak menderita ADHD, tapi disini juga ada beberapa anak yang mempunyai kekurangan lain, seperti Grahita, Tuna Wicara, dan sebagainya. Hampir semua anak-anak tersebut mempunyai Ketunaaan “ganda”. 

B.     Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari observasi ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui karakteristik hiperaktif
2.        Untuk mengetahui upaya pendamping dalam proses perkembangan anak hiperaktif
3.        Untuk memperoleh informasi tentang layanan bagi anak hiperaktif


C.    Manfaat dan Kegunaan
1.      Secara Teoritis
a.       Memperkaya khazanah keilmuan dan mendapatkan informasi tentang bentuk layanan bagi anak hiperaktif
b.      Mengembangkan wawasan peneliti dalam bidang penanganan anak hiperaktif
2.      Secara Praktis
Dari observasi ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu kepada masyarakat luas tentang bagaimana seharusnya memperlakukan anak hiperaktif.

D.   Metode Pengumpulan Data
1.      Wawancara (interview)
Jenis wawancara yang digunakan dalam observasi ini adalah bebas terpimpin, yaitu pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
2.      Observasi
Dalam observasi ini dipergunakan cara observasi partisipan yang artinya peneliti ikut terjun langsung dan aktif dengan subjek penelitian untuk mendapatkan informasi.
3.      Dokumentasi
Dalam observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang sifatnya tertulis, seperti struktur organisasi, laporan kegiatan dan lain-lain.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian ADHD
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, atau dalam Bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), disebabkan karena suatu gangguan neuro-biologis di dalam otak yang dapat secara parah mengancam tumbuh kembang seorang anak. Anak ADHD adalah anak yang luar biasa banyak gerak dan sering kali tidak dapat dikendalikan, tidak tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi. Karena itu, dia kemudian mengalami kesulitan, baik dirumah maupun disekolah. Walaupun ia berusaha menyesuaikan diri dan mengikuti peraturan, tetapi ia sering kali tidak berhasil. Perilakunya yang kacau itu justru mengundang kejengkelan bagi orang-orang disekitarnya. Akibatnya adalah ia kesulitan mendapatkan teman dan sahabat. Kondisi ini dapat membawanya pada masalah-masalah emosional, agresif atau sebaliknya perilaku diri dan depresi.[1]

B.  Faktor Penyebab ADHD
Ada beberapa hal sebagai penyebab ADHD diantaranya:
1.      Faktor keturunan.
Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak adopsi, tampak bahwa faktor keturunan membawa peranan sekitar 80%. Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala ADHD dalam kehidupan bermasyarakat akan ditentukan faktor genetiknya.    
Anak dengan orang tua yang menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai resiko mendapat anak ADHD.
2.      Genetik dan Lingkungan
ADHD juga tergantung kepada kondisi gen tersebut dan efek negatif lingkungannya, yang apabila terjadi secara bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan itu penuh resiko. “Lingkungan”, dalam hal ini mempunyai pengertian yang luas, termasuk lingkungan psikologis (relasinya dengan orang-orang lain, dan berbagai kejadian dan penanganan yang sudah diberikan kepada anak tersebut).
Lingkungan fisik (makanan, obat-obatan, penyinaran); anak ADHDatau attention-deficit hyperactivity disorder, terbukti pula sensitif terhadap beberapa jenis zat kimia. Salah satu yang terburuk adalah pewarna tartrazine, dikenal dengan E102, parahnya zat pewarna ini menyebar di hampir seluruh jenis pananganan dan minuman moderen, termasuk gula-gula, kue dan roti yang kerap dikonsumi anak. Dalam studi skala besar mengenai anak hiperaktif pada 1960-an oleh dokter Ben Feingold, satu grup senyawa kimia bernama salisilat, ditemukan terutama di zat tambahan makanan, ternyata membuat anak-anak menjadi lebih hiperaktif. Ketika anak-anak tersebut diberi donat yang berisi selai mengandung rasa dan warna artifisial, perilaku mereka memburuk hanya dalam beberapa jam.[2]
Lingkungan biologis maksudnya adalah bakat atau bawaan yang biasa disebut dengan istilah “variasi genetik”, variasi genetik ini akan menentukan kerentanan seorang anak terhadap faktor lingkungannya, seperti halnya ibu perokok saat kehamilan. Kita juga dapat mengatakan bahwa faktor lingkungan akan mempunyai efek membesar variasi genetik.
3.      ADHD dan Otak
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa secara biologis ada dua mekanisme didalam otak:
a)      Pengaktifan sel-sel saraf (eksitasi)
b)      Penghambatan sel-sel saraf (inhibisi)
Pada reaksi eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah melalui pancaindera. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu banyak eksitasi. Dalam perkembangan seseorang anak pada dasarnya pengaktifan sistem-sistem ini adalah perkembangan yang terbanyak. Tampaknya pada anak ADHD, perkembangan sistem inhibisi ini lebih lambat berkembangan, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem penghambatan atau pengereman didalam otak bekerja kurang kuat atau kurang mencukupi.
4.      Otak yang Berbeda
ADHD disebabkan karena adanya fungsi yang berbeda dari otak penyandang. Dari penelitian-penelitian tentang otak, menjadi jelas bahwa umumnya tidak tampak adanya kerusakan otak, namun smemang ada neuro-anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak dengan atau yang tanpa ADHD. Perbedaan neuro-anatomi adalah adanya perbedaan bentuk dari beberapa daerah di bagian otak. Perbedaan neuro-kimiawi adalah perbedaan dalam penyampaian sinyal-sinyal didalam otak.
5.      Neuro-Anatomi
Dari beberapa penelitian dapat diketahui bahwa ada perbedaan dibeberapa bagian otak pada anak ADHD yang lebih kecil dari pada anak-anak seusianya. Dari publikasi kelompok New York menunjukkan bahwa 152 anak-anak (usia 5-18 tahun dengan ADHD dan 139 anak tanpa ADHD, akan terlihat beberapa bagian otak dari anak-anak ADHD 3% lebih kecil dari pada sebayanya yang tanpa ADHD. Disamping itu terlihat dibeberapa bagian tidak terdapat adanya perkembangan yang asimetrik dari balahan otak, yang sebenarnya pada anak-anak tanpa ADHD merupakan gambaran yang normal. Dari sini para peneliti menyimpulkan bahwa ADHD terdapat gangguan perkembangan otak diusia dini.[3]

C.  Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Menurut  buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati), Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah:
1.      Tidak Fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki fokus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
2.      Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, keinginannya harus segera dipenuhi, tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
3.      Impulsif
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 (tujuh) tahun.
4.      Menentang
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.
5.      Destruktif
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.
6.      Tidak kenal lelah
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
7.      Tidak sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili teman-temannya tanpa alasan yang jelas.
8.      Intelektualitas rendah
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.[4]
Menurut Arga Paternotte & Jan Buitelaar (ADHD ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) hal.9). Ada kemungkinan gelaja ADHD pada berbagai berbagai usia diantaranya:


Masalah gangguan pemusatan perhatian dan
Kosentrasi
Impulsivitas
Hiperaktif
Anak-anak
·         Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
·         Cepat beralih perhatian
·         Tidak bisa berkonsentrasi
·         Kurang kontrol diri
·         Tidak dapat menunggu giliran
·         Bicara sebelum gilirannya dan segalanya campur aduk
·         Sangat banyak gerak dan goyang-goyang
·         Selalu on the go
·         Tak bisa berhenti bicara
Remaja
·         Tidak dapat memenuhi tuntutan pendidikan
·         Tidak komunikatif
·         Cepat beralih perhatian
·         Kontrol diri jelek
·         (seksual) perilaku berisiko
·         Dalam hati tidak tenang dan merasa kehilangan ketenanangan
·         Penyelalahgunaan obat terlarang
Dewasa
·         Mempunyai kesulitan untuk tetap memusatkan perhatian ke sesuatu
·         Mudah beralih perhatian
·         Tidak bisa mendengarkan orang lain
·         Sulit menguasai impulsivitas
·         Masalah dengan mengendalikan/mengendarai mobil
·         Tidak dapat menguasai reaksi emosinya
·         Gerak-gerak kecil
·         Bicara tak terbatas
Tak ada ketenangan didalam hati[5]

D.    Jenis-jenis Anak ADHD
1.      Inatensi (ADD)
Mudah terganggu perhatiannya oleh lingkungan sekitar (suara, gerakan), terlihat tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara langsung, sulit memusatkan perhatian pada tugas dan aktivitas bermain, lupa dengan aktivitas harian, tidak mengikuti perintah dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah
atau pekerjaan (bukan karena tidak mengerti), Menghindar, tidak menyukai pekerjaan yang membutuhkan usaha pemikiran seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah, gagal untuk memusatkan perhatian pada hal yang detail dan membuat banyak kesalahan besar, kehilangan benda-benda yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau beraktivitas,sulit untuk mengorganisir tugas dan akitivitas.
2.      Hiperaktif Impulsif
Menunjukkan gejala yang sangat hiperaktifdan impulsif, sulit memusatkan perhatian, banyak terjadi pada anak kecil.
3.      Kombinasi
Menampakkan gejala mudah terganggu perhatiannya disertai hiperaktif dan impulsif.

E.     Bentuk Penanganan ADHD
Penanganan ADHD haruslah dilakukan oleh sebuah tim dari berbagai ahli dengan paling tidak ada dokter yang bekerja sama dengan terapi perilaku. Bentuk penanganannya adalah:
1.      Obat-obatan
Beberapa pandangan yang berdasarkan penelitian ilmiah menyatakan bahwa obat-obatan mempunyai efek lebih baik dari pada terapi perilaku. Sekalipun begitu, para psikolog perilaku tetap tidak menyetujui. Pengobatan dapat memperbaiki gejala utama ADHD yaitu pemusatan perhatian dan masalah konsentrasi, inpulsivitas dan hiperaktif. Disamping itu, tampak bahwa implusivitas dan agresivitas dapat diturunkan dengan pengobatan, anakpun kemudian dapat dididik, pengerjaan tugas sekolah juga dapat lebih akurat, kontak sosial menjadi lebih baik, dan juga motorik halusnya menjadi lebih baik. Poin positif terbesar dari pengobatan ADHD adalah menghindari berbagai kesalahan, dan juga dapat memutuskan spiral negatif antara anak dan lingkungannya.
Urutan pemilihan obat-obatan untuk ADHD
a)      Pilihan pertama: methylfenidat (Ritalin, Corcerta), dexafetamine, atau atomoxetine (stattera)
b)      Pilihan kedua: tricyclische antidepresiva (imipramine) (Trofanil) atau nortriplyline (Nortrilen)
c)      Pilihan ketiga: clonidine (Dixarit) atau guanfacine (Estulic)
d)     Setidaknya beberapa kali diresepkan: Neuroleptica, risperidon (Risperdal) atau pipamperon (Dipiperon)
Obat-obatan yang diresepkan untuk ADHD sebetulnya tidak akan menyembuhkan, obat tidak akan menghilangkan penyebab ADHD. Perbaikan melalui pengobatan adalah hanya sementara saja. Bila obat yang digunakan sudah tidak bekerja lagi, maka gejala-gejalanya akan muncul lagi. Kadang dalam waktu singkat akan lebih kuat daripada keadaan normal; kondisi ini disebut sebagai rebound-effect.
2.      Fisiotherapy
Fisioterapi disebut sebagai terapi fisik, melibatkan mengevaluasi, mendiagnosa, dan mengobati berbagai penyakit, gangguan, dan ketidakmampuan menggunakan sarana fisik. Dipraktekkan oleh fisioterapis atau terapis fisik, itu dianggap dalam bidang kedokteran konvensional. Metode untuk diagnosis dapat bervariasi, tergantung pada situasi, meskipun pemeriksaan fisik dan pengujian sering digunakan untuk evaluasi. Perawatan dapat mencakup berbagai praktik, termasuk pijat, aplikasi panas atau listrik, dan bantuan dengan menggunakan perangkat mobilitas seperti pejalan kaki dan kruk. Tahap-tahap fisiotherapy sebagai berikut:

a)      Assessment

Banyak ahli fisioterapi mulai dengan penilaian kondisi pasien. Ini biasanya mencakup kajian sejarah medis pasien dan pemeriksaan fisik. Fisioterapi sering mempertimbangkan riwayat medis meninjau pemeriksaan subyektif, karena pendapat pasien atau pengalaman masa lalu dapat mempengaruhinya. Mereka menganggap pemeriksaan fisik, namun, untuk menjadi lebih obyektif, gejala yang dapat diamati dan diverifikasi adalah perhatian utama. Tahap penilaian mungkin, dalam beberapa kasus, melibatkan tes diagnostik untuk lebih mengevaluasi kondisi pasien dan mengembangkan rencana pengobatan yang efektif.

b)      Diagnosa

Setelah pengujian selesai, maka fisioterapi melihat hasil untuk menentukan masalah yang dihadapi pasien mereka. Hal ini dapat berkisar dari masalah yang cukup kecil, seperti otot ditarik atau rusak, luka parah atau kerusakan saraf yang menyebabkan rasa sakit dan kurangnya mobilitas. Spesialis lain dapat berkonsultasi dalam fisioterapi untuk menentukan program, terbaik komprehensif tindakan untuk pasien, meskipun ini tergantung pada situasi.[6]
Namun perlu diketahui, tidak semua anak ADHD diberi penanganan yang sama. Para pemberi layanan harus tetap memberikan penanganan yang cocok dengan keadaan anak, keluarga, dan lingkungannya (pertolongan yang sesuai).

F.   Cara menghadapi anak ADHD
1.      Menjaga komunikasi dan biarkan ia merasakan kasih sayang
Ketika anak melihat dan merasakan perhatian yang diberikan orangtuanya, dan memang, perlu diakui, bahwa menjalin komunikasi dengan anak-anak hiperaktif ini harus senantiasa. Ibaratnya, harus setiap menit kita mengajaknya berkomunikasi. Dan bukannya memanjakan, perhatian terhadap anak-anak hiperaktif memang harus lebih banyak dibandingkan saudara-saudaranya yang normal.
2.      Ajarkan kedisiplinan
Anak-anak hiperaktif cenderung tidak disiplin. Mereka tidak mau tenang, dan cenderung membangkang. Tidak patuh  pada aturan. Maka salah satu yang perlu dilakukan adalah membuat sebuah “kontrak” perjanjian dengannya untuk berlatih disiplin.
3.      Lebih banyak bersabar
Ini adalah tuntutan utama bagi para orangtua. Tanpa kesabaran, maka tidak tidak akan dapat menangani anak Anda dengan baik.
4.      Tidak menghukumnya secara berlebihan
Bukan salah anak jika hiperaktif. Jangan menghukumnya karena gangguan hiperaktif ini. Melatihnya berdisiplin, dengan cara yang baik dan benar.
5.      Jangan pelit memberikan pujian
Jangan pelit untuk memberikan pujian kepada anak kita saat ketika dia mampu melakukan suatu tindakan positif sehingga melatih anak untuk menangkap rasa kedekatan dan pujian dari orang terdekat yang dia cintai. Rasa kedekatan tersebut antara anak dengan orang tua akan memacu dan mendorong serta mengarahkan anak kearah yang lebih baik. Itu merupakan modal anak dalam mengungkapkan imajimasinya.[7]


BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    Deskripsi Dari Yayasan Sayap Ibu
Yayasan Sayap Ibu (YSI) didirikan oleh Ny. Sutomo, Ny. Sukardi Dan Ny. G. Sunaryo pada tahun 1955, sebagai jawaban atas kepedulian nasib bayi-bayi yang dilahirkan diluar nikah atau akibat posisi sosial dan ekonomi calon ibu yang kurang mampu menguntungkan, sehingga tidak sedikit diantara bayi-bayi itu yang menjadi korban penguguran, pembunuhan oleh orang tuanya sendiri.
YSI didirikan dengan harapan bahwa kepedulian masyarakat dapat memberi kehangatan bagi anak-anak yang malang itu seperti halnya sayap induk ayam yang selalu mencerminkan kehangatan dan perlindungan kasih sayang dan sinarnya kesempatan untuk tubuh dan berkembang secara wajar, sebagaimana layaknya anak-anak yang memang seharusnya memperoleh hak tersebut.
Yayasan berhasil mendirikan sebuah panti di Jl. Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kepedulian masyarakat saat itu masih rendah. Sulitnya mendapat dana menyebabkan perkembangan yayasan terhambat, sehingga hampir saja dibubarkan.
Pada tahun 1961, berhasil dibentuk kepengurusan baru yang dibantu oleh relawan yang menyediakan diri untuk mengabdi secara insidental.
Sejak tanggal 30 September 1968,  Yayasan Sayap Ibu mengubah Akte Notaris dan memperbaharui kepengurusannya dibawah kepemimpinan Ny. J. S. Nasution dan Ny. Ciptaningsih Utaryo.
Pada tahun 1978 Yayasan Sayap Ibu mendidrikan dua cabang:
1.      Cabang Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
2.      Cabang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004 Yayasan Sayap Ibu Pusat pindah ke Provinsi D. I. Yogyakarta. Kemudian tahun 2005 mendirikan Yayasan Sayap Ibu Cabang Propinsi Banten.Dengan adanya ketiga cabang tersebut di atas, Yayasan Sayap Ibu semakin mampu meningkatkan pelayanannya.Pada mulanya, atas bantuan KRT Sindhudiningrat, kantor dan Panti Perawatan Anak beralamat di Tambakbayan, Jl. Adisucipto KM 7 Yogyakarta.
Pada tahun 1981, atas bantuan USC Canada dan sumbangan masyarakat, dibangun panti perawatan (Panti I) di Pringwulung, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, diatas tanah seluas m2.YSI cabang Provinsi DIY mendapat pengukuhan Menteri Sosial RI pada tanggal 24 Mei 1989.
Visi
Anak adalah Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dilahirkan dalam keadaan tanpa dosa dan juga tidak memikul dosa-dosa orangtuanya. Mereka berhak atas pemeliharaan dan perlindungan sejak dalam kandungan dan sesudah dilahirkan.
Bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik, dan kedudukan sosial. Dan bagi mereka yang cacat berhak untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupan anak yang bersangkutan (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).
Misi
1.      Mengusahakan semaksimal munglin agar anak terlantar binaan Yayasan Sayap Ibu mendapatkan perlindungan hukum demi hari kemudiannya.
2.      Melaksanakan usaha kesejahteraan anak yang holistik, terpadu dan berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya, yang bertujuan menolong anak-anak balita yang:
a.       Tidak ada orangtuanya atau wali yang merawatnya.
b.      Tidak diketahui orangtuanya atau kerabat lainnya.
c.       Terlantar, dan yang karena sebab-sebab lain patut diberi pertolongan segala sesuatunya, dalam arti kata yang seluas-luasnya[8].
SDA dan SDM
Panti sayap ibu cabang 2 (dua) yang ada di Brebah ini memiliki sumber daya alam yang dibagi menjadi dua bagian gedung yaitu gedung belakang dan gedung depan yang terdiri dari beberapa fasilitas diantarannya:
1.      Kantor Administrasi
2.      Ruang Assesment
3.      Ruang Fisiotherapi
4.      Ruangan 2 Bangsal
5.      Taman bermain
6.      Dapur dan tempat makan
7.      Mushola
8.      Ruang tamu
9.      Ruang tempat pencuci pakaian
10.  Ruang terapi musik
11.  Kamar tamu
12.  Kamar mandi[9]

Bentuk Kerja Sama
a.       Rumah Sakit Sarjito
Panti yayasan sayap ibu juga bekerjasama dengan RSUD Dr. Sarjito. Bentuk kerjasamanya yaitu kumpulan dari berbagai dokter Spesialis mengadakan kunjungan dan pemeriksaan  rutin yang dilakukan tiga minggu sekali. Jika ada anak yang mengalami sakit dan membutuhkan tindakan dari medis biasanya pengasuh dipanti merujuknya ke RSUD Dr. Sarjito untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
b.      Kepolisian dan Dinas Sosial
Yayasan sayap ibu sebagai penampung hasil temuan anak yang dibuang atau diterlantarkan oleh keluarganya. Biasanya penemuan anak-anak oleh warga di laporkan kepihak kepolisian, selajutnya dibawah kedinas sosial dan setelah itu diserahkan ke yayasan Sayap Ibu.
c.       Luar negeri
Banyak mahasiswa-mahasiswidari belanda  jurusan Fisioterapi Hogeschool van Amsterdam , magang di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta, Selama tiga bulansekali mahasiswa/i tersebut bergantian berada di Yayasan Sayap Ibu. Salah ssatu kegiatannyayaitu membuat program pelayanan fisioterapi untuk anak-anak Yayasan Sayap Ibu[10].

B.     Anak Hiperaktif di Yayasan Sayap Ibu
1.             Sapta
Berumur 19 tahun, status terlantar, masuk kedalam panti yayasan sayap ibu II pada tahun 2001. Selain mengalami hiperaktif sapta juga termasuk mengalami autis, tuna wicara dan tuna daksa, serta tuna grahita ( kedua kakinya menggunakan kaki plastik).
Makanan kesukaan Sapta adalah makanan yang pedas seperti sambal, dan juga telur rebus. Sebenarnya anak autis yang hiperaktif tidak boleh makan makanan yang dari bahan tepung dan susu. Namun ketika Sapta tidak boleh makan tepung dan susu, dia tidak ada perkembangannya. Dan ketika dia makan tanpa adanya pantangan makanan yang dimakannya dia baik-baik saja.  Sedangkan makanan yang tidakdisukai adalah bakso dan telor  dadar.
Dari kebiasaan setiap harinya Sapta selalu terikat kedua tangannya dengan menggunakan tali yang berasal  dari kain. Terkadang dia juga bisa melepas talinya sendiri, dan memakaikan talinya sendiri ke tanggannya. Bahkan Sapta juga bisa membuat tali sendiri dengan cara menyobek kain yang ada, setelah itu mengikatkannya sendiri ketanggannya. Karena kebiasaan seperti itu , tangan Sapta bisa memutar ke belakang dengan lenturnya berbeda dengan orang yang normal biasanya.Selain kebiasaan ditali tanggannya, Sapta juga memiliki kebiasaan memakai topi. Menurut mas Amir pengasuh Sapta, “anak autis hiper biasanya memiliki rasa nyaman ketika ada sesuatu barang atau benda yang ditaruh diatas kepalanya. Sesuatu barang atau benda tersebut yang tidak bisa jatuh ketika ditaruh diatas kepalanya”. dan juga Sapta itu tergantung moodnya, pada waktu dulu sapta pernah menggunakan helm, bantal, dan boneka yang ditaruh diatas kepala, namun sekarang topi. karena jika dia menyukainya maka akan dipakai terus benda atau barang tersebut, jika dia sudah bosan atau tidak suka pada benda atau barang tersebut maka akan menggatinya dengan yang lain”.
Untuk membangun moodnya menjadi baik biasanya Sapta diajak oleh pengasuh bermain diempang yang letaknya disebelah bangsal untuk laki-laki. Namun dia akan marah bila permintaan yang diinginkannya tidak terpenuhi misalkan saja bila ada pembagian snack dan nasi kardus. Jika teman-temannya mendapatkan snack dan nasi kardus tersebut namun Sapta belum mendapatkanya maka ia pun akan marah dan menangis. Dalam kemampuan berkomunikasi dengan orang lain Sapta kurang bisa berkomunikasi secara baik,ketika kami datang dan menyapanya ia hanya terdiam namun dia bisa merespon dan mau bersalaman dengan kami saat pangasuhnya menyuruh untuk bersalaman. Ia tidak mampu untuk diajak berbicara namun ketika hal yang menjadi rutinitasnya ia dapat memahaminya seperti makan,  buang air kecil,  besar, disuruh buka baju dan lepas celana. Selain itu dia akan marah ketika penutup kepalanya diambil dan pada saat itu juga dia akan mencari topinya, sambil berteriak-triak kepada pengasuh.
2.      Faisal
Berumur 13 tahun, status terlantar , sejak kecil Faisal sudah masuk di panti Yayasan Sayap Ibu. Selain hiperaktif dia juga tergolong anak autis, tuna netra. Sama seperti Sapta setiap harinya Faisal juga selalu diikat kedua tanganya namun bedanya jika Sapta masih bisa diajak komunikasi lain halnya dengan Faisal yang tidak bisa merespon orang lain (pasif) sehingga emosinya sulit diketahui. Selain diikat kepalanya selalu memakai helm sebagai pelindung karena jika tangan tidak diikat dan kepalanya tidak memakai helm ia suka melukai dirinya sendiri hingga membuat matanya buta karena sering dipukul-pukul dengan tangannya. Namun menurut diagnosis dokter kebutaan Faisal belum diketehui jelas, karena Faisal juga menderita katarak mata. Menurut dokter yang merawat Faisal, kataraknya bisa disembuhkan dengan dioperasi namun dengan syarat setelah dioperasi bagian kepalanya tidak boleh dipukul-pukul lagi selama tiga bulan. Setiap harinya Faisal juga selalu memakai pamperskarena ia tidak bisa buang air kecil ataupun besar dengan sendirinya. Ketika makanpun dia harus disuapin dan pada saat mandi pun dia masih butuh bantuan pengasuh. Dia memiliki kebiasaan memegang benda yang bisa menimbulkan bunyi suara seperti plastik, daun, dan kertas. Dahulu Faisal bisa berjalan sendiri namun sekarang lebih cenderung diam ditempat sambil memainkan sesuatu yang dipegangnya. Mungkin disebabkan karena dia merasa takut menabrak ketika jalan kemana-mana.
3.      Rumiyati
Rumiyati berumur 26 tahun,status terlantar, ia mengalami hiperaktif dan tuna wicara, tuna daksa, dan microcepalus. Kebiasaanya dia adalah suka jalan-jalan sendiri dilingkungan panti, ia juga sering terlihat menyendiri dan tidak membaur dengan teman-temannnya. Selain suka mondar-mandir, suka tepuk tangan, suka memukul kaca, papan, dinding, dan juga dia paling suka adu tepuk tangan dengan orang lain (toss). Kepala dia pernah dijahit karena terkena keramik. Komunikasi dia sangat minim responnya, bahkan dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Pada saat menstruasi, pemakaian pembalut dipakaikan oleh pengasuh. Dan pada saat buang air besar atau kecil masih dibantu pleh pengasuh.
4.         Widiawati
Berumur 9 tahun, status terlantar, selain hiperaktif ia mengalami epilepsi, tuna wicara dan tuna netra. Hiperaktifnya akan muncul ketika ia mendapatkan kesukaanya yaitu ia suka mendengarkan musik yang slow. Bukanya ekspresi sedih yang dia munculkan namun ketika musik itu dibunyikan ia akan menari dengan sangat senang kemudian bila ada orang-orang disekitarnya ia akan menarik dan mengajaknya berdansa. Ia akan tetap menari bila musiknya tidak dihentikan. Ketika tidak ada musik ia suka menyendiri dan suka menjilat-jilat lantai dan bila buang air kecil suka sembarangan. Selain itu dia mempunyai kebiasaan memegang benda sesuatu seperti bola,dll.

C.      Jenis Layanan Yang Digunakan Untuk  Penanganan Anak Hiperaktif
1.      Dari Pengasuh
Para peneliti diberi kesempatan oleh receptionis Ibu Putri untuk mewawancari dua orang pengasuh yang bernama mas Amir,  pengasuh untuk anak laki-laku panti dan IbuPengasuh perempuan. Mas Amir sendiri sudah bekerja selama tujuh tahun  di Yayasan Sayap Ibu, sedangkan Ibu pengasuh perempuan yang dalam hal ini peneliti melupakan untuk mencatat nama pengasuh perempuan yang  diwawacarai tersebut sudah bekerja di Yayasan Sayap Ibu sekitar sepuluh tahun.
Menurut mas Amir “Yayasan Sayap Ibu berjumlah delapan orang yang terdiri dari empat pengasuh putra dan empat  pengasuh putri yang dipimpin oleh koordinator pengasuh, namun pada saat sekarang koordinator pengasuhnya tidak ada karena baru keluar dari Yayasan Sayap Ibu.Selain itu juga terdapat  kepala panti, receptionis, bagian administrasi, juru masak, dan tukang cuci”.
Dalam pemberian layanan kepada anak hiperaktif, pengasuh memberikan pelayanan dengan penuh kesabaran, mulai dari mendampingi keseharian anak hingga mengurusi kebutuhan-kebutuhan anak-anak yang meliputi hal kebersihan, kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam hal kebersihan ini mencakup kebersihan tempat, ruangan, pakaian, dan kebersihan anak-anaknya. Namun Untuk membersihkan tempat tidak semuanya pengasuh yang melakukan, di sini pengasuh memberikan pelatihan-pelatihan kepada anak yang sekiranya bisa melakukan seperti latihan mengepel lantai, tapi pengasuh juga tetap mendampingi untuk mengawasi dan mengajari anak tersebut. Sedangkan untuk kebersihan anak-anaknya pengasuh sangat berperan, karena untuk anak-anak yang tidak bisa mandi sendiri seperti Faisal, Rumiyati, Widyawati, dan anak-anak lainnya perlu dimandikan, bahkan untuk buang air kecil dan besar mereka masih sangat butuh bantuan pengasuh, terutama anak perempuan yang sedang menstruasi, maka pengasuhlah yang melayani mulai dari memakaian pembalut sampai mencucikan.
Adapun dalam hal kesehatan anak-anak, pengasuh mengurus, memberikan obat-obat yang mereka butuhkan. Untuk pemberian obat kepada anak-anak yang mengurus  adalah salah satu pegasuh putra yaitu yang bernama Pak Amir. Beliau bekerja sama dengan pihak RSUD Sarjito untuk memberikan resep obat untuk anak-anak khususnya anak yang hiperaktif, seperti halnya Sapta, obat yang diberikan kepada Sapta yaitu meliputi: respiradero, triheksilpenidil (pil koplo),dll. Dan untuk anak yang sakitnya berlanjut, pengasuh merujuk ke RS untuk opname, dan pengasuh menunggu anak tersebut.
Banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh para pengasuh di Yayasan Sayap Ibu, menjadikan para pengasuh tidur diPanti, dan mereka diberi libur oleh pihak Yayasan selam lima hari dalam sebulan dan diambil satu kali lansung dalam satu bulan. Biasanya waktu lima hari libur digunakan para pengasuh untuk pulang kerumah berkumpul bersama keluarga.
2.      Dari Fisiotherapy
Fisioteraphy yang berada di Yayasan SayapIbu berdiri sejak tanggal 1 januari 2009. Sebelum tahun 2009 sudah ada layanan fisioterapy namun, para terapis mengundurkan diri dengan alasan yang kurang jelas. Setelah itu, masuklah terapis yang bernama Bapak Anasdan Ibu Intan. Bapak Anas dan Ibu Intanmemulaifisioterapinya mulai dari awal lagi, dengankeadaanruangankosongtidakada apa-apa, dan yang tersisa hanya bola besar berwarna merah yang digunakan terapis sebelumnya, sedangkan data tentang diagnosis anak pantipun juga tidak ada.
Bapak Anas dan Ibu Intan mengawali terapinya dengan menggunakanruangan music yang sekarangdigunakan sebagai ruangan terapi musik, Bapak Anas mencari data diagnosa anak dengan bertanya kepada dokter dari RS Sarjito yang setiap bulan sekali memeriksa anak panti. Fisioterapy juga dibantu oleh Mahasiswa dari belanda. Berkat bantuan mahasiswa belanda sekitar tahun 2010 setelah erupsi gunung merapi, mahasiswa belanda tersebut  mengadakan kegiatan sosial yang bernama Becak Fondation. Becak Fondation adalah kegiatan selama tiga hari oleh mahasiswa belanda tersebut dengan berkeliling kota Amsterdam  menggunakan becak yang bertujuan mencari dana untuk membantu Panti Sayap Ibu.  Hasil dari sumbangan tersebut digunakan untuk membanguan ruangan terapi dan alat-alat untuk terapi yang digunakan hingga sampai saat ini.
Menurut Bapak Anas Jadwal terapi di sayap ibu ini adalah hari senin-kamis yang dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dari pukul 08.00-12.00 yang berupa fisioteraphy, sedangkan sesi kedua dari pukul 15.00-selesai berupa terapi AFR (aktifitasfungsionalrekreasi) sepertimenggambar, bermain, jalan-jalan, ataumembuat kerajinan. Jadwal terapi yang ditawarkan bersifat kondisional, tergantungkeadaananak yang akanditerapi, karena jika mood anak panti sedang yang tidak baik maka terapis juga kesusahan untuk menerapi anak tersebut. Dalamsehari para terapis di yayasan sayap ibu hanya bisa menerapi 5 sampai 7 anak yang bisa diterapis.
Menurut Bapak Anasdi pantisayapibu ini,”terdapat4 anakyang kondisi hyperaktif.Yaitu Faisal, Sapta, Wiwid, Dan Rumiyati, semuaanaktersebutmengalamiperbedaankeadaantubuh”. Selain itu Sapta juga menderita Cp Plastip, bapak Anas mengungkapkan terapi yang diterapkan adalah sensor integritas karena mengalami gangguan emosi, selain itu juga terapi fisik karena kakinya kaku sehingga tidak bisa jalan. Sebelum mendapatkan terapi fisik dan yang lainya, bapak Anas mencoba untuk menjadi teman sapta, atau melatih komunikasi Sapta, yang dilakukanPertama, pada awalnya selama enam bulan awal Sapta diajak keselokan atau sungai dekat panti,  menurut Bapak Anas “kenapa diajak kesana karena disana sapta bisa melihat mobil lewat, motor orang jalan dan juga ada unsur tanah dan air yang berbeda”. Kedua,  Sapta diajak kesekolah selama enam bulan, disana dia hanya duduk, makan snack. Menurut Bapak Anas “tujuan diajak jalan-jalan dan ke sekolah yaitu agar mendapatkan suasana baru dengan melihat teman temanya yang lain sekolah”. Karena kebiasaan Sapta melukai dirinya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya atau yang lain. Sapta diajak ke ruang fisioterpi untuk diobati lukanya, dan itu dilakukan selama enam bulan. Setelah itu terapis menghentikan aktifitasnya dengan Sapta yang biasa dilakukan selama enam bulan, sebagai pancingan agar Sapta mencari terapis dan pancingan itu berhasi. selama enam bulan Sapta dibiarkan oleh terapis, Sapta mulai merasa membutuhkan terapis. Dan Sapta mulai bisa mengucapkan kursi roda yang artinyadia ingin diajak jalan jalan,mengucapkan kata obat, artinya dia minta diobatin meskipun tidak ada luka pada tubuhnya. Karena merasa membutuhkan terapis, Sapta sering mendatangi ruang terapi. Setalah sapta berada diruang terapi terapis mengajarkan kata kata atau larangan buat Sapta, seperti “tidak boleh nakal, tidak boleh nagis, tidak boleh pukul-pukul”yang dilakukan selama kurang lebih  empat bulan. Setelah itu Sapta mulai diterapi, yang diawali dari stracing pelemasan otot, agar tidak pendek dan kaku, lalu diberi mases pada kakinya sebelum latihan jalan dengan alat jalan seperti static cycle, rolator, walker yang didesain khusus dari Belanda. Sedangkan untuk melatih otot tangan termasuk sela-sela jarinya yaitu dengan meremas-remas plastisin atau lilin. Karenaberawaldari situ tanganSaptabisaberkoordinasidenganalat-alatbantu yang bisamembawasebuahkemajuanuntukSapta.
Selain terapi fisik, terapis juga memberikan terapi behavior kepada anak autis yang dialami Sapta dan Faisal, yaitu dengan music. Sapta dan Faisal di ajak keruangan music yang kedap suara dimana di dalam ruangan mereka dibiarkan untuk memilih mainan apapun yang di sukai dan terapis hanya melihat dan mengawasi anaknya, sedangkan music yang digunakan untuk terapi musik yaitu music seperti suara air, angin, ombak dan keadaan alam yang lainya.Bukan instrumen biola atau piano. Karena musik seperti instrument itu temponya terlalu cepat jadi berpengaruh kurang bagus terhadap anak. Selainitu di dalamruangan terapi musicterdapatkasurgelombang,dimanasetiap 5 (lima)menitbergelombang sehinggabisamembuatanaklebihmerasanyamansaatterapi.  Selainitu,ruangan terapi diberi aroma terapibuahbuahan, karena menurutpenelitian aroma buah-buahan lebih fresh dan lebih disukai oleh anak-anak autis dari pada aroma bunga.[11]




BAB IV
ANALISIS


A.      STUDI KASUS
Analisis yang digunakan dalam laporan observasi ini adalah analisis deskriptif. Dilihat dari visi-misi misalnya, YSI memiliki Mengusahakan semaksimal mungkin agar anak terlantar binaan Yayasan Sayap Ibu mendapatkan perlindungan hukum demi hari kemudiannya.
Melaksanakan usaha kesejahteraan anak yang holistik, terpadu dan berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya, yang bertujuan menolong anak-anak balita yang: tidak ada orangtuanya atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orangtuanya atau kerabat lainnya, terlantar, dan yang karena sebab-sebab lain patut diberi pertolongan segala sesuatunya. Hal ini bisa dilihat dari peran pengasuh dan terapis dalam menangani anak ADHD yang berada di Yayasan Sayap ibu. Walaupun jumlah pengasuh sangat terbatas namun mereka bisa bekerja sama untuk merawat anak-anak berkebutuhan khusus di YSI. Selain itu untuk menunjukkan eksistensi dari Yayasan Sayap Ibu juga mempunyai Website yang beramalatkan di http//home.wanadoo.nl/ibu dan E-mail: sayapibu@indosat.net.id
Pada saat observasi peneliti tidak hanya mendapatkan data dari wawancara,  melainkan peneliti juga melakukan pengamatan, yaitu melihat ketika salah seorang anak ADHD bernama Sapta dilepaskan topi hajinya oleh pengasuh, Sapta merengek nangis dan berusaha untuk mengambil topi tersebut di tangan pengasuh dengan jalan merangkang. Selain itu peneliti juga mengikuti kegiatan langsung anak-anak ADHD  misalnyaketika Sapta mengikuti Fisiotherapy jalan sore, ketika Faisal disuapin makan, widiowati pada saat menari, dan Rumiyati mengajak untuk adu tepuk (toss) bersama.
Adapun hasil wawancara terhadap narasumber mas Amir dan Bapak Anas perkembangan  Sapta meningkat, namun para peneliti tidak bisa melihat langsung proses peningkatan perkembangan tersebut. Hal ini dikarenakan para peneliti tidak diberikan data tentang perkembagan anak ADHD. Selain itu ketika peneliti melihat Faisal dan Sapta makan, peniliti merasa heran karena untuk anak hiperaktif sebenarnya tidak boleh mengkonsumsi makanan dan minuman moderen, termasuk gula-gula, kue dan roti karena membuat anak jauh lebih hiperaktif. Namun pada kenyataannya makanan-makanan tersebut setiap hari dikonsumsi mereka. Menurut mas Amir makanan dan minuman tersebut justru membuat kondisi mereka lebih baik, dibandingkan pada saat dulu mereka banyak pantangan untuk makan-minuman sesuatu  justru perekembangannya tidak ada perubahan.

B.       HAMBATAN
1.      Pengasuh
Dalam menangani anak-anak di Yayasan Sayap Ibu, para pengasuh mengalami bebarapa hambatan. Diantaraya adalah hambatan dalam menghadapi anak hiperaktif, karena masih kurangnya tenaga pengasuh yang membantu dalam menangani anak-anak hiperaktif. Tapi dalam perkembangannya, para pengasuh tidak lagi mengalami hambatan, karena sudah terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan anak-anak hiperaktif. Selain itu, pengasuh juga merasa kesulitan ketika pertama kali melakukan adaptasi dengan anak-anak hiperaktif dan ketika anak-anak panti sedang sakit. Karena biasanya menurut pengasuh jika ada salah satu anak sakit maka anak yang lain akan gampang terkena sakit juga.
Adapun hambatan lain yang dialami pengasuh dalam memberi pelayanan kepada anak-anak yaitu susahnya mengetahui gejolak emosi anak-anak terutama anak yang cenderung pasif seperti Faisal.
2.      Fisioterapi
Selain dari pihak Pengasuh, ada juga kesulitan yang dirasakan oleh Fisioterapi ketika melakukan fisioterapi khususnya saat fisiotherapy kepada anak hiperaktif. Beberapa hambatan yang dirasakan oleh fisiotherapy diantaranya adalah ketika dari anak sedang kehilangan mood-nya.
Selain itu juga suasana mood terapi sendiri, karena kadang terbawa emosi dari rumah ataupun  jalan sebelum berangkat ke Yayasan Sayap Ibu. Kendala terapis saat memberikan terapi adalah berkaitan dengan pengontrolan emosi, mood. Anak yang berkebutuhan khusus itu mempunyai kemampuan yang berbeda dimana meraka bisa merasakan sentuhan mana yang marah dan mana yang dengan hati yang senang. Dan apabilasaatterapisdalamkeadaanemositerapi tidakakanbisadilanjutkan.
3.      Peneliti
Hambatan yang dirasakan dalam melakukan observasi terhadap anak-anak hiperaktif diantaranya adalah kesulitan dalam hal administrasi, dan mengatur waktu untuk melakukan observasi. Dalam hal administrasi hambatan yang paling dirasakan adalah ketika melakukan perizinan untuk melakukan observasi, misalnya saja peneliti harus beberapa kali berkunjung Ke Yayasan Sayap Ibu  yang berada Di Pringwulung dan  Yayasan Sayap Ibu Panti II di Brebah, untuk memperoleh persetujuan dari pihak Yayasan dan Kepala  panti agar bisa  melakukan observasi terhadap anak hiperaktif. Hal ini disebabkan karena, kurang validnya informasi yang diberikan oleh receptionis kapan waktu yang tepat untuk bisa bertemu dengan pengurus panti maupun Kepala panti. Selain itu bidang adminitrasi juga tidak memberikan dokement-dokument yang berisi tentang data-data perkembangan anak hiperaktif sehingga observasi ini kurang lampiran yang detail.
Kendala lain dari para peneliti adalah Bahasa, minimnya skill bahasa Inggris yang dimiliki para peneliti membuat hasil obsevasi ini tidak bisa menggali data secara mendalam pada saat melakukan wawancara dengan mahasiswa dari Belanda. Selain itu peneliti juga tidak melihat langsung fisiotherapy yang dilakukan oleh Bapak Anas dan Ibu Intan karena layanan obeservasi sedang jam istirahat.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Secara garis besar, penanganan pada Anak ADHD di Yayasan Sayap Ibu sudah baik. Dengan adanya pelayanan Fisiotherapy dan kesehatan anak, membuat perkembangan anak ADHD meningkat. Namun kurangnya tenaga kerja seperti pengasuh membuat pelayanan terhadap anak ADHD kurang maksimal.
B.     Pesan Dan Kesan
a.       Pesan
1)   Bagi pengurus Panti : menjadikan mereka untuk lebih sabar dalam menghadapi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, khususnya anak hiperaktif, selain itu diharapkan juga Panti bisa mengoptimalkan Fisioterapi bagi anak hiperaktif.
2)   Bagi Pengasuh : lebih sabar dan ikhlas ketika merawat anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.Bagi masyarakat : memahami mereka dengan segala kekurangan yang dimilikinya.Bagi Peneliti : semoga ilmu yang didapatkan di Yayasan Sayap Ibu bisa berguna dikemudian hari, dan bisa dijadikan sumbangan keilmuan ketika menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus.
b.      Kesan
Hal yang paling berkesan adalah ketika kita dihadapkan pada lingkungan anak berkebutuhan khusustentu saja perasaan yang pertama kali muncul adalah Kasihan, tapi sebenarnya dengan keadaan yang mereka seperti itu, mereka hanya butuh dipahami tidak untuk dikasihani. Karena dengan memahami mereka merupakan cara paling yang mudah untuk mensyukuri Nikmat yang telah Allah SWT berikan. Selain itu,  ketika menjadi relawan untuk menangani anak berkebutuhan khusus, dibutuhkan keikhlasan. Karena anak-anak yang berkebutuhan khusus memiliki kepekaan bathin, sehingga mereka pun bisa merasakan apa yang telah diberikan tidak akan sia-sia. 
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan; Kami jadikan kamu hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang termulia di antara disissi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.”(Q.S. 49 Al-Hujarat 13)




















DAFTAR PUSTAKA

Arga Paternotte & Jan Buitelaar. ADHD ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas). Jakarta : Prenada Media Group. 2010.
Brosur Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I Yogyakarta


 


PEDOMAN WAWANCARA DI YAYASAN SAYAP IBU

1.      Letak geografis Yayasan Sayap Ibu
2.      Sejarah berdirinya Yayasan Sayap Ibu
3.      Visi-misi Yayasan Sayap Ibu
4.      Tujuan berdirinya Yayasan Ibu
5.      Struktur Organisasi Yayasan Sayap Ibu
6.      Stuktur pengurus pelaksana harian Yayasan Sayap Ibu
7.      Jenis layanan yang ditawarkan Yayasan Sayap Ibu
8.      Sarana: Keadaan ruang kantor dan kelas, kamar, tempat bermain, makan, kamar , mandi.
9.      Prasarana: Instansi air, Jaringan listrik, Jaringan telepon, internet, akses jalan
10.  Jumlah pengasuh, jumlah psikiater, dokter.
11.  Jumlah anak ADHD, jenjang umur, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari.
12.  Penyebab ADHD serta tipe ADHD
13.  Alat untuk fisiotherapy, Fasilitas (kamar tidur, toilet, tempat belajar, tempat bermain,dll)
14.  Bentuk penanganan yang diberikan pada anak ADHD
15.  Metode-metode yang digunakan
16.  Jangkah waktu penanganan pada anak ADHD
17.  Hambatan penanganan anak ADHD
18.  Kelebihan penanganan
19.  Faktor pendukung
20.  Tingkat keberhasilan

KETERANGAN: sebelum melakukan Observasi kelompok kami diminta untuk memberikan Deskripsi Observasi terlebih dahulu kepada kesekretariatan Yayasan Sayap Ibu yang berada di Pringwulung. Deskripsi tersebut berisi Latar belakang masalah dan pedoman wawancara.
 


[1] Arga Paternotte & Jan Buitelaar. ADHD ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas). (Jakarta : Prenada Media Group). 2010. Hal 2
[2]anakhiperaktif.blogspot.com/2012/06/anak-hiperaktif-cek-menu-makan-bisa.htmldiunduh pada hari sabtu 24 November 2012 jam 17.00 Wib
[3]Ibid, hal 17-20
[5] Ibid 9
[6]www.wisegeek.org/what-is-physiotherapy.htm#slideshowdiunduh pada hari Rabu tanggal 28 November 2012 jam 09.00 Wib


[8] Brosur yayasan sayap ibu cabang yogyakarta.
[9] Hasil observasi Rabu 7 november 2012 pukul 08.00 WIB
[10] Hasil wawancara Rabu 7 november 2012 pukul 10.00 WIB
[11] Hasil wawancara pada hari Rabu Tanggal 22 November Jam 11.15