BAB
I
PENDAHULUAN
Dari
mana sebenarnya emosi itu muncul, apakah dari fikiran atau tubuh. Persepsi
seseorang tentang emosi berbeda-beda . ada yang mengatakan tindakan tubuh, baru
muncul emosi, ada pula yang berpendapat emosi dulu baru muncul tindakan. Mana
yang muncul lebih dulu tidaklah begitu penting sebab tindakan dan
emosi pada dasarnya sangat erat berkaitan. Karena keduanya merupakan bagian dan
keseluruhan.
Meskipun
begitu,emosi akan menjadi semakin kuat bila diberi ekspresi fisik. Misalnya
saja bila seorang marah, lantas mengepalkan tinju, memaki-maki dan
membentak-bentak, dia tidak mengurangi amarahnya, tetapi justru kian menjadi
marah. Sebaliknya, bila ia menghadapinya dengan cukup santai dan berupaya
mengendorkan otot-ototnya yang tegang, kemarahannya akan segera reda. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa gangguan emosional tidak akan timbul, apabila
orang dalam keadaan sepenuhnya santai.
Pada
hakekatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari
sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang
menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersama keluarga,
misalnya, kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju
kantor,kampus,sekolah kita merasa jengkel karena jalanan macet, sehingga setelah
tiba ditempat tujuan , kita merasa malu karena datang terlambat, semua itu merupakan emosi.
Semua
orang memiliki jenis perasaan yang sangat serupa,namun intensitasnya
berbeda-beda. Emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yang membuat kita
frustasi, tetapi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan hidup.
Semua
emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak
tersembunyi, baik yang dapat diketahui ataupun tidak, seperti perubahan dalam
pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, jumlah hemoglobin, malu, sesak
nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis dan rasa mual.
BAB II
PENGERTIAN
DAN TEORI-TEORI EMOSI
A.
Pengertian Emosi
Emosi pada umumnya disifatkan
sebagai keadaan (state) yang ada pada
individu atau organisme pada suatu waktu.Emosi berlangsung dalam waktu yang
relatif singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati pada umumnya berlangsung
dalam waktu yang relatif lebih lama dari pada emosi, tetapi intensitasnya kurang
apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang mengalami marah (emosi),
maka kemarahan tersebut tidak segera hilang begitu saja tetapi masih terus
berlangsung dalam jiwa seseorang (ini yang dimaksud dengan mood) yang akan berperan dalam diri orang yang bersangkutan.
Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa
emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu(khusus), dan
emosi cendrunng terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan
perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga
orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Namun demikian kadang-kadang orang
masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak
tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian tersebut. Hal ini
berkiatan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen. Menurut
Ekman dan Friesen ada tiga rules,
yaitu masking, modulation,dan samulation.
Masking
adalah keadaan seseorang yang dapat menyambunyikan atau dapat menutupi emosi
yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus keluar melalui akspresi
kejasmaniannya. Misalnya orang yang sangat sedih karena kehilangan anggota
keluarganya. Kesidihan tersebut dapat diredam atau dapat ditutupi, dan tidak
adanya gejala kejasmanian yang menyababkan tampaknya rasa sedih tersebut. Pada
modulasi (modulation) orang tidak
dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat
mengurangi saja. Jadi misalnya karena sedih, ia menangis (gejala kejasmanian)
tetapi tangisannya tidak begitu mencuat- cuat. Pada simulasi(simulation) orang tidak mengalami emosi,
tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakan
gejala-gejala kejasmanian. [1]
B. Teori-teori
Emosi
Dalam
upaya menjelaskan timbulnya gejala emosi, para ahli mengemukakan beberapa
teori. Beberapa teori emosi yang terkenal diajukan oleh Schachter dan singer
dengan “ Teori Emosi Dua Faktor”, James and Lange yang terkenal dengan “Teori
Emosi James and Lange”, serta Cannon dengan teori “Emergency”.
1. Teori Emosi Dua Faktor Schacter-Singer
“Teori Emosi Dua Faktor” Schacter-Singer dikenal
sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi
fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah
cepat, adrenalin dilalirkan dalam darah, dan sebagainya), namun jika
rangsangannya menyenangkan seperti diterima diperguruan tinggi idaman emosi
yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya,jika rangsangannya menbahayakan
(misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli
psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
Schachter dan singer memulai analisis mereka dengan
mempertanyakan pandangan yang dikemukakan oleh William James dkk. Bahwa emosi
tentu merupakan fungsi dari reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurut Schachter dan
Singer, seseorang tidak merasa marah karena ketegangan otot, rahang yang
berderak, denyut nadi menjadi cepat, dan sebagainya, tetapi karena secara umum
jengkel, dan masing-masing orang mempunyai berbagai kognisi tertentu tentang
sifat kejengkelannya.
Contohnya adalah ketika seseorang menghadapi
kejadian yang membangkitkan emosi, umumnya pertama-tama ia akan mengalami
gangguan fisiologis netral dan tidak jelas. Secara teoritis, yang terjadi
kemudian bergantung apakah ia mengetahui mengapa ia merasa jengkel dan
bagaimana perasaannya jika ia tidak yakin mengenai emosi apa yang dirasakannya.
Namun, jika sejak awal ia menyadari apa yang mengganggu pikiran dan perasaan
yang tengah dialaminya, ia tidak harus mencari informasi tentang apa yang
sedang terjadi ia sudah tahu. Bagaimanapun halnya, menurut Schachter dan
Singer, orang yang jengkel itu kemudian akan membentuk keyakinan tentang apa
yang dirasakannya, dan kognisi ini akan membentuk kejengkelan umum yang tidak
jelas menjadi suasana emosional tertentu.
2. Teori Emosi james Lange
Dalam teori ini disebutkan
bahwasannya emosi itu timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi kita
senang maka reaksi kita adalah meloncat-loncat setelah melihat pengumuman yang
membuat kita bahagia dan kita akan lari merasa ketakutan stelah melihat ular.
Menurut teori James Lange emosi
adalah hasil persepsi tentang seseorang terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari
luar. Jadi, jika seseorang melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah
semakin cepat karena denyut jantung semakin cepat, paru-paru lebih cepat
memompa udara, dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan
dan timbullah rasa takut. Rasa takut yang timbul itu dikarenakan oleh hasil
pengalaman dan proses belajar. Orang yang bersangkutan telah mengetahui bahwa
harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan
sebagai takut.
Emosi menurut kedua ahli ini,
terjadi karena adanya perubahan pada system vasomotor. Suatu peristiwa
dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis yang dibuat
emosi.
Dengan demikian James melihat
adanya empat Langkah dalam proses terjadinya suasana emosional, yakni: (a)
kejadian itu dipahami (b) implus bergerak dari system saraf pusat ke otot,
kulit, dan organ dalam (c) sensasi yang disebabkan perubahan bagian-bagian
tubuh tersebut yang disalurkan kembali ke otak (d) implus yang balik itu
kemudian dipahami oleh otak, dan setelah dikombinasikan dengan persepsi
stimulus pertama, menghasilkan ‘objek dirasakan secara emosional’.
3.
Teori
Emergency Cannon
Cannon dalam teorinya menyatakan
bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan
yang genting, orang-orang primitif yang membuat responsemacam itu bisa survive
dalam hidupnya.
Cannon menyalahkan teori james Lange
karena beberapa alasan, Cannon mengatakan, bahwa organ dalam umumnya terlalu
insensitive dan terlalu dalam responnya untuk bisa menjadi dasar berkembangnya
dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung demikian cepat.
Teori ini menyebutkan, emosi sebagai
pengalaman subjektif psikologik timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik (
hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan
dalam darah, dan sebagainya.
[2]
BAB
III
GANGGUAN
EMOSIONAL, MACAM-MACAM EMOSI DAN PENGARUH EMOSI TERHADAP KESEHATAN
A.
Gangguan Emosional
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab-sebab
gangguan emosional, yaitu teori lingkungan, efektif dan kognitif.
1. Teori Lingkungan
Teori lingkungan ini menganggap
bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan
timbulnya stress. Pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri
adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi. Orang awam tidak ragu-ragu
untuk menyatakan, bahwa seorang anak menangis karena ia diperolok. Ia percaya
secara harfiah bahwa olok-olok itu adalah penyebab langsung tangisan tersebut.
Dengan nada yang sama, orang awam tersebut percaya bahwa tetangganya menjadi
depresif karena kehilangan pekerjaannya, atau keterlambatannya pulang ke rumah
sebetulnya membuat istrinya naik pitam.
Menurut pandangan ini emosi bisa
hilang kalau masalah penyebab ketegangan tersebut ditiadakan. Selama masalah itu
masih ada, biasanya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghilangkan
perasaan-perasaan yang menyertainya. Karena yang disebut lebih dahulu diduga
sebagai penyebab dari yang belakangan, secara logis bisa dikatakan bahwa
penghilangan masalah selalu dapat menghilangkan kesukaran. Memang demikianlah
yang sering terjadi, tetapi ini belum tentu dapat menghilangkan reaksi
emosional yang kuat sekali jika reaksi itu terjadi .
2. Teori Afektif
Pandangan professional yang paling
luas dianut mengenai gangguan mental adalah pandangan yang berusaha menemukan
pengalaman emosional bawah sadar yang dialami oleh seorang anak bermasalah dan
kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan ditakuti ini kealam sadar,sehingga
dapat dilihat dari sudut yang realistic. Sebelum rasa takut dan rasa salah
tersebut disadari, anak-anak itu diperkirakan hidup dengan pikiran bawah
sadar yang dipenuhi dengan bahan-bahan
yang menghancurkan yang tidak bisa dilihat, tetapi masih sangat aktif dan
hidup. Ia bisa cemburu dan membenci ayahnya yang ditakutkan akan melukainya
karena pikiran-pikiran jahat tersebut. Anak itu mungkin merasa bersalah karena
rasa bencinya itu sehingga amat berharap mendapat hukuman atas kejahatannya.
Karena tidak menyadari kebenciannya itu, anak tidak menyadari bahwa banyak
kejadian tidak masuk akal untuk menghukum dirinya sendiri.
3. Teori Kognitif
Menurut teori ini, penderita mental
tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita akan masalah tersebut, melainkan
dari pendapat yang salah dan irasional, yang disadari maupun tidak disadari
akan masalah-masalah yang kita hadapi.
Untuk mengembalikan keseimbangan
emosi, kita hanya perlu mengidentifikasi ide-ide yang ada pada si anak.
Kemudian, melalui penggunaan logika yang ketat, ia diperlihatkan dan diyakinkan
betapa tidak rasionalnya ide-ide tersebut, dan akhirnya didorong untuk
berprilaku berlainan melalui sudut pengetahuan yang baru. Hanya inilah yang
diperlukan untuk menenangkan gangguan emosional. Tidak menjadi soal, apakah si
anak di sepelekan atau membenci ayahnya. [3]
B. Macam-Macam
Emosi
Atas dasar aktivitasnya, tingkah laku emosiaonal
dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: takut, cemburu, gembira, marah dan
cinta.
1.
Takut
Pada dasarnya, rasa takut itu
bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memeang
ditakut-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan dirumah. Akan tetapi,
ada juga rasa takut “naluriah” yang terpendam dalam hati sanubari setiap insan.
Misalnya saja, rasa takut akan tempat gelap, takut berada ditempat sepi tanpa
teman, atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak dikenal.
Kengerian-kengerian ini relative lebih banyak di derita oleh anak-anak daripada
orang dewasa. Karena, sebagai insane yang masih sangat muda, tentu saja daya
tahan anak-anak belum kuat.
Jika dilihat secara objektif, bisa
dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai segi-segi negative, yaitu bersifat
menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh yang
menegangkan, juga ada segi positifnya. Rasa takut merupkan salah satu kekuatan
utama yang mendorong dan menggerakannya. Reaksi yang timbul di dalam individu,
lalu menggerakan individu untuk melindungi diri terhadap rangsangan atau bahaya
dari luar, menjauhkan diri dari sesuatu yang dapat menyakiti diri, melukai
diri, atau menimbulkan bahaya lainnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa rasa
takut mempunyai nilai negative dan positif. Positif karena rasa takut
melindungi individu dalam keadaan yang berbahaya.
2.
Cemburu
Kecemburuan adalah bentuk khusus
dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri
sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang
yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
3.
Gembira
Gembira adalah ekspresi dari
kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan biasanya kegembiraan
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-toba (surprise) dan kegembiraan
biasanya bersifat social, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang
yang sedang genbira tersebut.
4.
Marah
Sumber utama kemarahan adalah
hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan
demikian,ketegangan (stress) yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda,
bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang
bersangkutan menjadi marah.
5.
Cinta
Apakah cinta? Sesungguhnya betapa
sulitnya kita untuk menjelaskan kata yang stau ini. Sama halnya ketika kita
harus mendefeniisikan ihwal kebahagiaan. Penyair mesir, Syauqi Bey, melukiskan
“cinta” dalam sebuah sajaknya:
Apakah
cinta
Mulanya
berpandangan mata
Lantas
saling senyum
Kata
berbalas kata
Dan
memadu janji
Akhirnya
bertemu
Namun yang digambarkan di atas
adalah cinta romantic, yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir
putus setelah puas bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat kejenjang
pernikahan. Adapun cinta yang tumbuh dalam pernikahan adalah lebih kuat dan
lebih agung, karena tuhan yang menciptakannya untuk menjalin pernikahan itu
menjadi kekal, tidak gampang diputuskan.
Setiap orang, anak-anak maupun orang
dewasa, pada hakikatnya menginginkan untuk diterima sebagaimana adanya,
dirinya, fisiknya, juga pribadinya secara keseluruhan dalam keluarga, termasuk
diantaranya dapat menerima kelemahan dan kekurangan mereka.
Tuhan telah menciptakan makhluknya
sedemikian rupa, sehingga sudah merupakan hukum alam bahwa anak-anak
membutuhkan dan selalu mendambakan cinta kasih orang tua. Kebutuhan emosi
seorang anak terhadap cinta dan kasih sayang, sama besarnya dengan kebutuhan
fisik akan makanan. [4]
C.
Emosi Dan Kesehatan
Faktor pikiran (emosi)
merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai, orang yang berpikiran positif biasanya
punya tingkat kesehatan yang lebih baik. Karna itu, mengendalikan perasaan
seperti marah dan sedih adalah untuk menjaga jiwa dan raga tetap sehat. Emosi
bisa mengganggu kesehatan yang berasa dari emosi (perasaan) penderita. Ada
tujuh jenis emosi yang bias mengganggu kesehatan antara lain: gembira (senang),
marah, khawatir, melamun, berpikir sedih, takut dan terkejut.
Berikut ini adalah pengaruh tujuh emosi terhadap organ
dalam kita.
1.
Gembira
Gembira adalah pertanda jantung berfungsi normal.
Berarti darah, kelenjar limpa, dan chi (listrik tubuh) berjalan normal.
Manifestasinya badan sehat. Namun, bila perasaan itu berlebihan, jalannya chi
yang perlahan itu akan bergolak dan tersebar, sehingga semangat yang tersimpan
dalam jantung menjadi berantakan. Pada saat sangat gembira, aliran chi akan
melambat.
2.
Marah
Pada kondisi normal, hati bekerja dengan baik. Namun,
begitu ada emosi negatif berupa kemarahan, hati akan terangsang. Bila marah
bregolak, chi hati berbalik naik ke atas, aliran darah naik ke atas serta
bergolak. Kemarahan ditandai dengan muka merah dan badan bergetar.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa sakit hati (sebagai
organ) disebabkan oleh sakit hati (sebagai perasaan). Karena hati berhubungan
dengan kandung empedu, kemarahan berakibat juga pada rusaknya fungsi kandung
empedu ini. Akibatnya, kemarahan selalu mengarah pada diri sendiri.
3.
Khawatir
Kekhawatiran yang
berlebihan bias menyebabkan aliran chi bisa terhenti untuk sementara atau
tersumbat. Kekhawatiran yang berlebihan akan mengganggu kerja paru-paru yang
hubungannya sangat dekat dengan usus besar.
Tidak mengherankan, orang yang merasa khawatir biasanya
akan menekan dada tempat paru-parunya berada. Paru-paru dilambangkan dengan
warna putih. Karena itu, orang yang khawatir biasanya ditandai dengan muka
pucat. Itu berarti chi paru-parunya tidak normal.
4.
Berpikir
Berpikir di sini juga meliputi penggunaan akal, berpikir
terlalu banyak akan mengganggu fungsi atau kerja limpa. Karena limpa
berhubungan sangat erat dengan lambung, berpikir yang keterlaluan akan
mengganggu aktivitas lambung pula, tidak mengherankan orang yang banyak
berpikir sering menderita radang lambung atau gastritis dan terganggu alat
geraknya.
5.
Sedih
Emosi sedih bisa timbul karena seseorang dihadapkan pada
keadaan yang mengecewakan, menggelisahkan atau muncul sebagai akibat
penderitaan karena luka, sakit, derita atau nyeri. Seperti rasa khawatir, emosi
sedih mempengaruhi kerja paru-paru, selain paru-paru, jantung juga mudah
terpengaruh emosi negatif ini. Karena organ dalam saling berhubungan, emosi
sedih dapat mempengaruhi hati dan organ lainnya. Sedih dapat juga mengakibatkan
terputusnya hubungan antara jantung dan pericardium (selaput jantung).
Akibatnya, timbul pendarahan lewat dubur dan uretra.
6.
Takut
Rasa takut muncul sebagai manifestasi dari munculnya
ketegangan mental. Ketakutan seseorang seringkali berbeda dengan ketakutan
orang lain. Ada orang yang takut melihat anjing, ular, berjalan di ketinggian,
berbicara di depan umum, bertemu orang lain, dan sebagainya. Takut bisa
dipengaruhi dan mempengaruhi ginjal. Ketakutan yang berlebihan akan mengacaukan
fungsi ginjal dan limpa.
7.
Terkejut
Terkejut adalah akibat dari ketegangan jiwa, terkerjut
dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fungsi ginjal, terkejut yang berlebihan
akan melukai ginjal dan jantung. Dapat disimpulkan, orang yang mudah terkejut
biasanya mempunyai fungsi jantung yang lemah.
BAB
IV
CARA
MENGATASI EMOSI
Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala macam
sifat buruk yang ada dalam diri kita akan sulit dikendalikan dan rasa
malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi
melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dan lain-lain di
sekitarnya.
Ada beberapa cara untuk mengatasi emosi:
diantaranya adalah
1) Merasakan apa yang orang lain rasakan
2) Tenangkan hati di tempat yang nyaman
3) Mencari kesibukan yang disukai
4) Curahan hati
5) Mencari penyebab dan mencari solusi
6) Ingin menjadi orang baik
7) Cuek dan melupakan masalah yang ada
8) Berfikir rasional sebelum bertindak
9) Diversifikasi tujuan, cita-cita dan
impian hidup
10) Jangan mudah terbawa emosi
11)
BABV
AGRESI
SEBAGAI REAKSI EMOSIONAL
A.
Apakah agresi itu
Sikap agresi adalah penggunaan hak sendiri dengan
cara melanggar hak orang lain, pada dasranya, emosi bukan sekedar suatu reaksi
umum, namun merupakan reaksi spesifik pula. Kita mungkin tertawa saat gembira,
menjadi agresif saat marah, menarik diri sewaktu takut, dan sebagainya.
Perilaku agresif banyak ragamnya, diantaranya terkadang membuat rumit adalah
bahwa suatu perilaku yang sama misanya, menginjak kaki dapat dianggap tidak
agresif jika terdapat di dalam bus yang sesak, tetapi juga dapat dianggap
agresif jika kejadian ini terjadi dalam bus yang lenggang. Dengan demikian,
peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap
agresif jika diberi atribusi internal atau tidak agresif dalam hal atribusi
eksternal. Dengan atribusi internal, yang dimaksud adalah niat, intensi, motif
atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi
eksternal, perbuatan dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain,
atau tidak sengaja.
B.
Agresi pada Anak
Pada umumnya, setiap anak mempunyai dorongan
agresif. Dorongan agresif ini timbul sejak kecil dan muncul pada
perbuatan-perbuatan, seperti mendorong teman sampai jatuh, mencakar kalau tidak
diberi kue yang dimintanya, dan sebagainya. Sementara itu, pada orang tua, atau
orang dewasa, agresi ini timbul dalam bentuk perbuatan berkelahi, berdebat,
berperang.
Agresi yang berlebihan banyak didapatkan pada anak
yang orang tuanya bersikap terlalu memanjakan, terlalu melindungi, atau terlalu
bersifat kuasa serta penolakan orang tua. Misalnya, hukuman badani seperti
memukul dan kurang berhasilnya memberikan pengertian pada anak mengenai tingkah
laku yang tidak dapat dibenarkan.
Ada dua macam sebab yang mendasari tingkah laku
agresif pada anak. Pertama, tingkah
laku agresif yang dilakukan untuk menyerang atau melawan orang lain. Jenis tingkah
laku agresif ini biasanya ditandai dengan kemarahan atau keinginan untuk
menyakiti. Kedua, tingkah laku
agresif yang dilakukan sebagai sikap yang mempertahankan diri terhadap
kesenangan diluar. [5]
BAB
V
EMOSI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Hikmah Allah SWT. Menuntut agar
manusia, demikian pula hewan, membekali dirinya dengan emosi yang juga akan
membantunya dalam kelangsungan hidupnya. Emosi takut, misalnya, akan mendorong
kita untuk menjauhi bahaya yang mengancam hidup kita. Emosi marah akan
mendorong kita untuk mempertahankan diri dan berjuang demi kelangsungan hidup.
Emosi cinta merupakan dasar keharmonisan antara dua jenis kelamin dan daya
tarik dua jenis kelamin itu adalah untuk menjaga kelangsungan keturunan.
Emosi akan mengarahkan prilaku seperti halnya motif.
Emosi takut akan mendorong manusia untuk lari dari bahaya. Emosi marah akan
mendorong manusia untuk mempertahankan diri dan terkadang juga mendorongnya
pada permusuhan. Emosi cinta akan mendorong manusia untuk mendekatkan diri
kepada objek yang dicintainya.
Dalam Al-Qur’an dikemukakan gambaran
yang cermat tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut,
marah, cinta, senang, antipasti, benci cemburu, hasud, sesal, malu, dan benci.
Kemudian kita akan membahas keterangan
yang ada dalam Al-Qur’an tentang emosi.
Emosi
takut termasuk emosi yang penting dalam kehidupan manusia. Seperti rasa takut,
manfaat takut tidak hanya terbatas pada menjaga manusia dari bahaya yang
mengancam pada kehidupan duniawi, tetapi juga manfaat paling penting adalah
mendorong orang mukmin agar menjaga diri dari azab Allah SWT, pada kehidupan
akhirat. Dengan demikian, takut kepada siksaan Allah SWT. Akan mendorong orang
mukmin agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan, berpegangan pada ketakwaan,
teratur dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan mengerjakan amal-amal yang
diridhai-Nya.
(Q.S.
Al-Anfal [8] : 2)
Artinya
: “sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu adalah orang-orang yang apabila disebut Allah, gemetar hati mereka, dan
apabila dibcakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambahlah keimanan mereka, dan
hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakal.”
Emosi takut adalah suatu kondisi
berupa gangguan yang tajam yang dapat menimpa semua individu. Al-Qur’an
menggambarkan gangguan tersebut dengan keguncangan hebat yang mengguncang
manusia dengan hebat sehingga menghilangkan kemampuan berpikir dan pengendalian
diri.
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang
cinta kepada Allah SWT. Adalah tujuan setiap mukmin. Cinta kepada Allah SWT
merupakan kekuatan pendorong untuk takut kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Cinta seorang mukmin kepada Allah
SWT akan melampaui cintanya kepada dirinya, anak-anak, istri, ibu, bapak,
keluarga, dan hartanya.
(Q.S.
At-Taubah [9] : 24)
Artinya;
“Katakanlah, ‘jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga kalian, harta kekayaan yang
kalian usahakan, perdagngan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
serta berjidad di jalannya, maka tunggulah oleh kalian hingga Allah
mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang-orang fasik.”
Cinta dan ibadah seorang mukmin
kepada Allah SWT. Merupakan kebutuhan yang paling luhur dan tujuan yang paling
puncak. Dengan cinta dan ibadah itu, seorang mukmin dapat mewujudkan sebesar-besarnya
kebahagiaan, kegembiraan , kesenangan, keamanan, dan ketentraman, baik di dunia
ataupun di akhirat.[6]
BAB VI
KESIMPULAN
·
Pada
hakekatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari
sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang
menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersama keluarga,
misalnya, kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju
kantor,kampus,sekolah kita merasa jengkel karena jalanan macet, sehingga
setelah tiba ditempat tujuan , kita merasa malu karena datang terlambat, semua itu
merupakan emosi
·
Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan yang
ditimbulkan oleh situasi tertentu(khusus), dan emosi cendrunng terjadi dalam
kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach)
atau menyingkiri (avoidance) terhadap
sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi
kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang
mengalami emosi.
·
Sikap
agresi adalah penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang lain, pada
dasranya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun merupakan reaksi
spesifik pula. Kita mungkin tertawa saat gembira, menjadi agresif saat marah,
menarik diri sewaktu takut, dan sebagainya.
·
Pada
umumnya, setiap anak mempunyai dorongan agresif. Dorongan agresif ini timbul
sejak kecil dan muncul pada perbuatan-perbuatan, seperti mendorong teman sampai
jatuh, mencakar kalau tidak diberi kue yang dimintanya, dan sebagainya.
Sementara itu, pada orang tua, atau orang dewasa, agresi ini timbul dalam
bentuk perbuatan berkelahi, berdebat, berperang.
·
Hikmah
Allah SWT. Menuntut agar manusia, demikian pula hewan, membekali dirinya dengan
emosi yang juga akan membantunya dalam kelangsungan hidupnya. Emosi takut,
misalnya, akan mendorong kita untuk menjauhi bahaya yang mengancam hidup kita.
Emosi marah akan mendorong kita untuk mempertahankan diri dan berjuang demi
kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan dasar keharmonisan antara dua jenis
kelamin dan daya tarik dua jenis kelamin itu adalah untuk menjaga kelangsungan
keturunan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, rita.L dkk
Pengantar
psikologi 2, Erlangga,
Jakarta, 2003.
Sobur, Alex, Psikologi
umum, pustaka setia, Bandung, 2003
Najati, Utsman, Psikologi
dalam Al-quran, pustaka setia, Jawa barat(Bandung), 2005.
Prof. Dr.Bimo Wagito,Pengantar Psikologi,penerbit ANDI Yogyakarta,
BISMILLLAH... Info bermanfaat Mas, Mohon dikongsi copy kajian ini ya pak. JazakaLLAH khairan kasiran.
BalasHapusWassalam,