Jumat, 21 Desember 2012

Makalah (Emosi secara umum dan dalam perspektif islam)


BAB I
PENDAHULUAN

            Dari mana sebenarnya emosi itu muncul, apakah dari fikiran atau tubuh. Persepsi seseorang tentang emosi berbeda-beda . ada yang mengatakan tindakan tubuh, baru muncul emosi, ada pula yang berpendapat emosi dulu baru muncul tindakan. Mana yang muncul lebih dulu tidaklah begitu penting sebab tindakan dan emosi pada dasarnya sangat erat berkaitan. Karena keduanya merupakan bagian dan keseluruhan.
            Meskipun begitu,emosi akan menjadi semakin kuat bila diberi ekspresi fisik. Misalnya saja bila seorang marah, lantas mengepalkan tinju, memaki-maki dan membentak-bentak, dia tidak mengurangi amarahnya, tetapi justru kian menjadi marah. Sebaliknya, bila ia menghadapinya dengan cukup santai dan berupaya mengendorkan otot-ototnya yang tegang, kemarahannya akan segera reda. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gangguan emosional tidak akan timbul, apabila orang dalam keadaan sepenuhnya santai.
            Pada hakekatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersama keluarga, misalnya, kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju kantor,kampus,sekolah kita merasa jengkel karena jalanan macet, sehingga setelah tiba ditempat tujuan , kita merasa malu karena datang terlambat, semua itu merupakan emosi.
            Semua orang memiliki jenis perasaan yang sangat serupa,namun intensitasnya berbeda-beda. Emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yang membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan hidup.
            Semua emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak tersembunyi, baik yang dapat diketahui ataupun tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, jumlah hemoglobin, malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis dan rasa mual.

BAB II
PENGERTIAN DAN TEORI-TEORI EMOSI

A.    Pengertian Emosi
             Emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state) yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu.Emosi berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood  atau suasana hati pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama dari pada emosi, tetapi intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang mengalami marah (emosi), maka kemarahan tersebut tidak segera hilang begitu saja tetapi masih terus berlangsung dalam jiwa seseorang (ini yang dimaksud dengan mood) yang akan berperan dalam diri orang yang bersangkutan.
          Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu(khusus), dan emosi cendrunng terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
         Namun demikian kadang-kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian tersebut. Hal ini berkiatan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen. Menurut Ekman dan Friesen ada tiga rules, yaitu masking, modulation,dan  samulation.
Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyambunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus keluar melalui akspresi kejasmaniannya. Misalnya orang yang sangat sedih karena kehilangan anggota keluarganya. Kesidihan tersebut dapat diredam atau dapat ditutupi, dan tidak adanya gejala kejasmanian yang menyababkan tampaknya rasa sedih tersebut. Pada modulasi (modulation) orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja. Jadi misalnya karena sedih, ia menangis (gejala kejasmanian) tetapi tangisannya tidak begitu mencuat- cuat. Pada simulasi(simulation) orang tidak mengalami emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakan gejala-gejala kejasmanian. [1] 


B. Teori-teori Emosi
            Dalam upaya menjelaskan timbulnya gejala emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori. Beberapa teori emosi yang terkenal diajukan oleh Schachter dan singer dengan “ Teori Emosi Dua Faktor”, James and Lange yang terkenal dengan “Teori Emosi James and Lange”, serta Cannon dengan teori “Emergency”.
1.      Teori Emosi Dua Faktor Schacter-Singer
“Teori Emosi Dua Faktor” Schacter-Singer dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dilalirkan dalam darah, dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima diperguruan tinggi idaman emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya,jika rangsangannya menbahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
Schachter dan singer memulai analisis mereka dengan mempertanyakan pandangan yang dikemukakan oleh William James dkk. Bahwa emosi tentu merupakan fungsi dari reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurut Schachter dan Singer, seseorang tidak merasa marah karena ketegangan otot, rahang yang berderak, denyut nadi menjadi cepat, dan sebagainya, tetapi karena secara umum jengkel, dan masing-masing orang mempunyai berbagai kognisi tertentu tentang sifat kejengkelannya.
Contohnya adalah ketika seseorang menghadapi kejadian yang membangkitkan emosi, umumnya pertama-tama ia akan mengalami gangguan fisiologis netral dan tidak jelas. Secara teoritis, yang terjadi kemudian bergantung apakah ia mengetahui mengapa ia merasa jengkel dan bagaimana perasaannya jika ia tidak yakin mengenai emosi apa yang dirasakannya. Namun, jika sejak awal ia menyadari apa yang mengganggu pikiran dan perasaan yang tengah dialaminya, ia tidak harus mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi ia sudah tahu. Bagaimanapun halnya, menurut Schachter dan Singer, orang yang jengkel itu kemudian akan membentuk keyakinan tentang apa yang dirasakannya, dan kognisi ini akan membentuk kejengkelan umum yang tidak jelas menjadi suasana emosional tertentu.

2.      Teori Emosi james Lange
Dalam teori ini disebutkan bahwasannya emosi itu timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi kita senang maka reaksi kita adalah meloncat-loncat setelah melihat pengumuman yang membuat kita bahagia dan kita akan lari merasa ketakutan stelah melihat ular.
Menurut teori James Lange emosi adalah hasil persepsi tentang seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi, jika seseorang melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah semakin cepat karena denyut jantung semakin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Rasa takut yang timbul itu dikarenakan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang yang bersangkutan telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai takut.
Emosi menurut kedua ahli ini, terjadi karena adanya perubahan pada system vasomotor. Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis yang dibuat emosi.
Dengan demikian James melihat adanya empat Langkah dalam proses terjadinya suasana emosional, yakni: (a) kejadian itu dipahami (b) implus bergerak dari system saraf pusat ke otot, kulit, dan organ dalam (c) sensasi yang disebabkan perubahan bagian-bagian tubuh tersebut yang disalurkan kembali ke otak (d) implus yang balik itu kemudian dipahami oleh otak, dan setelah dikombinasikan dengan persepsi stimulus pertama, menghasilkan ‘objek dirasakan secara emosional’.

3.   Teori Emergency Cannon
            Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting, orang-orang primitif yang membuat responsemacam itu bisa survive dalam hidupnya.
            Cannon menyalahkan teori james Lange karena beberapa alasan, Cannon mengatakan, bahwa organ dalam umumnya terlalu insensitive dan terlalu dalam responnya untuk bisa menjadi dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung demikian cepat.
            Teori ini menyebutkan, emosi sebagai pengalaman subjektif psikologik timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik ( hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya. [2]














BAB III
GANGGUAN EMOSIONAL, MACAM-MACAM EMOSI DAN PENGARUH EMOSI TERHADAP KESEHATAN

A.    Gangguan Emosional
      Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab-sebab gangguan emosional, yaitu teori lingkungan, efektif dan kognitif.

1.      Teori Lingkungan
            Teori lingkungan ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan timbulnya stress. Pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi. Orang awam tidak ragu-ragu untuk menyatakan, bahwa seorang anak menangis karena ia diperolok. Ia percaya secara harfiah bahwa olok-olok itu adalah penyebab langsung tangisan tersebut. Dengan nada yang sama, orang awam tersebut percaya bahwa tetangganya menjadi depresif karena kehilangan pekerjaannya, atau keterlambatannya pulang ke rumah sebetulnya membuat istrinya naik pitam.
            Menurut pandangan ini emosi bisa hilang kalau masalah penyebab ketegangan tersebut ditiadakan. Selama masalah itu masih ada, biasanya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang menyertainya. Karena yang disebut lebih dahulu diduga sebagai penyebab dari yang belakangan, secara logis bisa dikatakan bahwa penghilangan masalah selalu dapat menghilangkan kesukaran. Memang demikianlah yang sering terjadi, tetapi ini belum tentu dapat menghilangkan reaksi emosional yang kuat sekali jika reaksi itu terjadi .



2.      Teori Afektif
            Pandangan professional yang paling luas dianut mengenai gangguan mental adalah pandangan yang berusaha menemukan pengalaman emosional bawah sadar yang dialami oleh seorang anak bermasalah dan kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan ditakuti ini kealam sadar,sehingga dapat dilihat dari sudut yang realistic. Sebelum rasa takut dan rasa salah tersebut disadari, anak-anak itu diperkirakan hidup dengan pikiran bawah sadar  yang dipenuhi dengan bahan-bahan yang menghancurkan yang tidak bisa dilihat, tetapi masih sangat aktif dan hidup. Ia bisa cemburu dan membenci ayahnya yang ditakutkan akan melukainya karena pikiran-pikiran jahat tersebut. Anak itu mungkin merasa bersalah karena rasa bencinya itu sehingga amat berharap mendapat hukuman atas kejahatannya. Karena tidak menyadari kebenciannya itu, anak tidak menyadari bahwa banyak kejadian tidak masuk akal untuk menghukum dirinya sendiri.

3.      Teori Kognitif
            Menurut teori ini, penderita mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah  sadar kita akan masalah tersebut, melainkan dari pendapat yang salah dan irasional, yang disadari maupun tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi.
            Untuk mengembalikan keseimbangan emosi, kita hanya perlu mengidentifikasi ide-ide yang ada pada si anak. Kemudian, melalui penggunaan logika yang ketat, ia diperlihatkan dan diyakinkan betapa tidak rasionalnya ide-ide tersebut, dan akhirnya didorong untuk berprilaku berlainan melalui sudut pengetahuan yang baru. Hanya inilah yang diperlukan untuk menenangkan gangguan emosional. Tidak menjadi soal, apakah si anak di sepelekan atau membenci ayahnya. [3]

B.     Macam-Macam Emosi
      Atas dasar aktivitasnya, tingkah laku emosiaonal dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: takut, cemburu, gembira, marah dan cinta.

1.      Takut
            Pada dasarnya, rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memeang ditakut-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan dirumah. Akan tetapi, ada juga rasa takut “naluriah” yang terpendam dalam hati sanubari setiap insan. Misalnya saja, rasa takut akan tempat gelap, takut berada ditempat sepi tanpa teman, atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak dikenal. Kengerian-kengerian ini relative lebih banyak di derita oleh anak-anak daripada orang dewasa. Karena, sebagai insane yang masih sangat muda, tentu saja daya tahan anak-anak belum kuat.
            Jika dilihat secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai segi-segi negative, yaitu bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada segi positifnya. Rasa takut merupkan salah satu kekuatan utama yang mendorong dan menggerakannya. Reaksi yang timbul di dalam individu, lalu menggerakan individu untuk melindungi diri terhadap rangsangan atau bahaya dari luar, menjauhkan diri dari sesuatu yang dapat menyakiti diri, melukai diri, atau menimbulkan bahaya lainnya.
            Dengan demikian, jelaslah bahwa rasa takut mempunyai nilai negative dan positif. Positif karena rasa takut melindungi individu dalam keadaan yang berbahaya.



2.      Cemburu
            Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.

3.      Gembira
            Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-toba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat social, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang genbira tersebut.


4.      Marah
            Sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian,ketegangan (stress) yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah.

5.      Cinta
            Apakah cinta? Sesungguhnya betapa sulitnya kita untuk menjelaskan kata yang stau ini. Sama halnya ketika kita harus mendefeniisikan ihwal kebahagiaan. Penyair mesir, Syauqi Bey, melukiskan “cinta” dalam sebuah sajaknya:





Apakah cinta
Mulanya berpandangan mata
Lantas saling senyum
Kata berbalas kata
Dan memadu janji
Akhirnya bertemu

            Namun yang digambarkan di atas adalah cinta romantic, yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir putus setelah puas bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat kejenjang pernikahan. Adapun cinta yang tumbuh dalam pernikahan adalah lebih kuat dan lebih agung, karena tuhan yang menciptakannya untuk menjalin pernikahan itu menjadi kekal, tidak gampang diputuskan.
            Setiap orang, anak-anak maupun orang dewasa, pada hakikatnya menginginkan untuk diterima sebagaimana adanya, dirinya, fisiknya, juga pribadinya secara keseluruhan dalam keluarga, termasuk diantaranya dapat menerima kelemahan dan kekurangan mereka.
            Tuhan telah menciptakan makhluknya sedemikian rupa, sehingga sudah merupakan hukum alam bahwa anak-anak membutuhkan dan selalu mendambakan cinta kasih orang tua. Kebutuhan emosi seorang anak terhadap cinta dan kasih sayang, sama besarnya dengan kebutuhan fisik akan makanan. [4]




C.    Emosi Dan Kesehatan
      Faktor pikiran (emosi) merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai, orang yang berpikiran positif biasanya punya tingkat kesehatan yang lebih baik. Karna itu, mengendalikan perasaan seperti marah dan sedih adalah untuk menjaga jiwa dan raga tetap sehat. Emosi bisa mengganggu kesehatan yang berasa dari emosi (perasaan) penderita. Ada tujuh jenis emosi yang bias mengganggu kesehatan antara lain: gembira (senang), marah, khawatir, melamun, berpikir sedih, takut dan terkejut.
Berikut ini adalah pengaruh tujuh emosi terhadap organ dalam kita.
1.      Gembira
Gembira adalah pertanda jantung berfungsi normal. Berarti darah, kelenjar limpa, dan chi (listrik tubuh) berjalan normal. Manifestasinya badan sehat. Namun, bila perasaan itu berlebihan, jalannya chi yang perlahan itu akan bergolak dan tersebar, sehingga semangat yang tersimpan dalam jantung menjadi berantakan. Pada saat sangat gembira, aliran chi akan melambat.
2.      Marah
Pada kondisi normal, hati bekerja dengan baik. Namun, begitu ada emosi negatif berupa kemarahan, hati akan terangsang. Bila marah bregolak, chi hati berbalik naik ke atas, aliran darah naik ke atas serta bergolak. Kemarahan ditandai dengan muka merah dan badan bergetar.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa sakit hati (sebagai organ) disebabkan oleh sakit hati (sebagai perasaan). Karena hati berhubungan dengan kandung empedu, kemarahan berakibat juga pada rusaknya fungsi kandung empedu ini. Akibatnya, kemarahan selalu mengarah pada diri sendiri.

3.      Khawatir
Kekhawatiran  yang berlebihan bias menyebabkan aliran chi bisa terhenti untuk sementara atau tersumbat. Kekhawatiran yang berlebihan akan mengganggu kerja paru-paru yang hubungannya sangat dekat dengan usus besar.
Tidak mengherankan, orang yang merasa khawatir biasanya akan menekan dada tempat paru-parunya berada. Paru-paru dilambangkan dengan warna putih. Karena itu, orang yang khawatir biasanya ditandai dengan muka pucat. Itu berarti chi paru-parunya tidak normal.
4.      Berpikir
Berpikir di sini juga meliputi penggunaan akal, berpikir terlalu banyak akan mengganggu fungsi atau kerja limpa. Karena limpa berhubungan sangat erat dengan lambung, berpikir yang keterlaluan akan mengganggu aktivitas lambung pula, tidak mengherankan orang yang banyak berpikir sering menderita radang lambung atau gastritis dan terganggu alat geraknya.
5.      Sedih
Emosi sedih bisa timbul karena seseorang dihadapkan pada keadaan yang mengecewakan, menggelisahkan atau muncul sebagai akibat penderitaan karena luka, sakit, derita atau nyeri. Seperti rasa khawatir, emosi sedih mempengaruhi kerja paru-paru, selain paru-paru, jantung juga mudah terpengaruh emosi negatif ini. Karena organ dalam saling berhubungan, emosi sedih dapat mempengaruhi hati dan organ lainnya. Sedih dapat juga mengakibatkan terputusnya hubungan antara jantung dan pericardium (selaput jantung). Akibatnya, timbul pendarahan lewat dubur dan uretra.
6.      Takut
Rasa takut muncul sebagai manifestasi dari munculnya ketegangan mental. Ketakutan seseorang seringkali berbeda dengan ketakutan orang lain. Ada orang yang takut melihat anjing, ular, berjalan di ketinggian, berbicara di depan umum, bertemu orang lain, dan sebagainya. Takut bisa dipengaruhi dan mempengaruhi ginjal. Ketakutan yang berlebihan akan mengacaukan fungsi ginjal dan limpa.
7.      Terkejut
Terkejut adalah akibat dari ketegangan jiwa, terkerjut dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fungsi ginjal, terkejut yang berlebihan akan melukai ginjal dan jantung. Dapat disimpulkan, orang yang mudah terkejut biasanya mempunyai fungsi jantung yang lemah.



















BAB IV
CARA MENGATASI EMOSI

Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala macam sifat buruk yang ada dalam diri kita akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dan lain-lain di sekitarnya.
Ada beberapa cara untuk mengatasi emosi: diantaranya adalah
1)      Merasakan apa yang orang lain rasakan
2)      Tenangkan hati di tempat yang nyaman
3)      Mencari kesibukan yang disukai
4)      Curahan hati
5)      Mencari penyebab dan mencari solusi
6)      Ingin menjadi orang baik
7)      Cuek dan melupakan masalah yang ada
8)      Berfikir rasional sebelum bertindak
9)      Diversifikasi tujuan, cita-cita dan impian hidup
10)  Jangan mudah terbawa emosi
11)   













BABV
AGRESI SEBAGAI REAKSI EMOSIONAL

A.    Apakah agresi itu
Sikap agresi adalah penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang lain, pada dasranya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun merupakan reaksi spesifik pula. Kita mungkin tertawa saat gembira, menjadi agresif saat marah, menarik diri sewaktu takut, dan sebagainya. Perilaku agresif banyak ragamnya, diantaranya terkadang membuat rumit adalah bahwa suatu perilaku yang sama misanya, menginjak kaki dapat dianggap tidak agresif jika terdapat di dalam bus yang sesak, tetapi juga dapat dianggap agresif jika kejadian ini terjadi dalam bus yang lenggang. Dengan demikian, peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif jika diberi atribusi internal atau tidak agresif dalam hal atribusi eksternal. Dengan atribusi internal, yang dimaksud adalah niat, intensi, motif atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi eksternal, perbuatan dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak sengaja.

B.     Agresi pada Anak
Pada umumnya, setiap anak mempunyai dorongan agresif. Dorongan agresif ini timbul sejak kecil dan muncul pada perbuatan-perbuatan, seperti mendorong teman sampai jatuh, mencakar kalau tidak diberi kue yang dimintanya, dan sebagainya. Sementara itu, pada orang tua, atau orang dewasa, agresi ini timbul dalam bentuk perbuatan berkelahi, berdebat, berperang.
Agresi yang berlebihan banyak didapatkan pada anak yang orang tuanya bersikap terlalu memanjakan, terlalu melindungi, atau terlalu bersifat kuasa serta penolakan orang tua. Misalnya, hukuman badani seperti memukul dan kurang berhasilnya memberikan pengertian pada anak mengenai tingkah laku yang tidak dapat dibenarkan.
Ada dua macam sebab yang mendasari tingkah laku agresif pada anak. Pertama, tingkah laku agresif yang dilakukan untuk menyerang atau melawan orang lain. Jenis tingkah laku agresif ini biasanya ditandai dengan kemarahan atau keinginan untuk menyakiti. Kedua, tingkah laku agresif yang dilakukan sebagai sikap yang mempertahankan diri terhadap kesenangan diluar. [5]

























BAB V

EMOSI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

            Hikmah Allah SWT. Menuntut agar manusia, demikian pula hewan, membekali dirinya dengan emosi yang juga akan membantunya dalam kelangsungan hidupnya. Emosi takut, misalnya, akan mendorong kita untuk menjauhi bahaya yang mengancam hidup kita. Emosi marah akan mendorong kita untuk mempertahankan diri dan berjuang demi kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan dasar keharmonisan antara dua jenis kelamin dan daya tarik dua jenis kelamin itu adalah untuk menjaga kelangsungan keturunan.
Emosi akan mengarahkan prilaku seperti halnya motif. Emosi takut akan mendorong manusia untuk lari dari bahaya. Emosi marah akan mendorong manusia untuk mempertahankan diri dan terkadang juga mendorongnya pada permusuhan. Emosi cinta akan mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada objek yang dicintainya.
            Dalam Al-Qur’an dikemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut, marah, cinta, senang, antipasti, benci cemburu, hasud, sesal, malu, dan benci. Kemudian  kita akan membahas keterangan yang ada dalam Al-Qur’an tentang emosi.
Emosi takut termasuk emosi yang penting dalam kehidupan manusia. Seperti rasa takut, manfaat takut tidak hanya terbatas pada menjaga manusia dari bahaya yang mengancam pada kehidupan duniawi, tetapi juga manfaat paling penting adalah mendorong orang mukmin agar menjaga diri dari azab Allah SWT, pada kehidupan akhirat. Dengan demikian, takut kepada siksaan Allah SWT. Akan mendorong orang mukmin agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan, berpegangan pada ketakwaan, teratur dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan mengerjakan amal-amal yang diridhai-Nya.
            (Q.S. Al-Anfal [8] : 2)
Artinya : “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebut Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibcakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambahlah keimanan mereka, dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakal.”
            Emosi takut adalah suatu kondisi berupa gangguan yang tajam yang dapat menimpa semua individu. Al-Qur’an menggambarkan gangguan tersebut dengan keguncangan hebat yang mengguncang manusia dengan hebat sehingga menghilangkan kemampuan berpikir dan pengendalian diri.
            Al-Qur’an juga menjelaskan tentang cinta kepada Allah SWT. Adalah tujuan setiap mukmin. Cinta kepada Allah SWT merupakan kekuatan pendorong untuk takut kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
            Cinta seorang mukmin kepada Allah SWT akan melampaui cintanya kepada dirinya, anak-anak, istri, ibu, bapak, keluarga, dan hartanya.
(Q.S. At-Taubah [9] : 24)
Artinya; “Katakanlah, ‘jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perdagngan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjidad di jalannya, maka tunggulah oleh kalian hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.”
            Cinta dan ibadah seorang mukmin kepada Allah SWT. Merupakan kebutuhan yang paling luhur dan tujuan yang paling puncak. Dengan cinta dan ibadah itu, seorang mukmin dapat mewujudkan sebesar-besarnya kebahagiaan, kegembiraan , kesenangan, keamanan, dan ketentraman, baik di dunia ataupun di akhirat.[6]






BAB VI
KESIMPULAN

·         Pada hakekatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersama keluarga, misalnya, kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju kantor,kampus,sekolah kita merasa jengkel karena jalanan macet, sehingga setelah tiba ditempat tujuan , kita merasa malu karena datang terlambat, semua itu merupakan emosi
·         Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu(khusus), dan emosi cendrunng terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
·         Sikap agresi adalah penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang lain, pada dasranya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun merupakan reaksi spesifik pula. Kita mungkin tertawa saat gembira, menjadi agresif saat marah, menarik diri sewaktu takut, dan sebagainya.
·         Pada umumnya, setiap anak mempunyai dorongan agresif. Dorongan agresif ini timbul sejak kecil dan muncul pada perbuatan-perbuatan, seperti mendorong teman sampai jatuh, mencakar kalau tidak diberi kue yang dimintanya, dan sebagainya. Sementara itu, pada orang tua, atau orang dewasa, agresi ini timbul dalam bentuk perbuatan berkelahi, berdebat, berperang.
·         Hikmah Allah SWT. Menuntut agar manusia, demikian pula hewan, membekali dirinya dengan emosi yang juga akan membantunya dalam kelangsungan hidupnya. Emosi takut, misalnya, akan mendorong kita untuk menjauhi bahaya yang mengancam hidup kita. Emosi marah akan mendorong kita untuk mempertahankan diri dan berjuang demi kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan dasar keharmonisan antara dua jenis kelamin dan daya tarik dua jenis kelamin itu adalah untuk menjaga kelangsungan keturunan.





























DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, rita.L dkk
Pengantar psikologi 2, Erlangga, Jakarta, 2003.
Sobur, Alex, Psikologi umum, pustaka setia, Bandung, 2003
Najati, Utsman, Psikologi dalam Al-quran, pustaka setia, Jawa barat(Bandung), 2005.
Prof. Dr.Bimo Wagito,Pengantar  Psikologi,penerbit  ANDI Yogyakarta,


[1] Prof. Dr.Bimo Wagito,Pengantar  Psikologi,(penerbit  ANDI Yogyakarta), hal. 229
[2] Drs.Alex Sobur,M.Si,Psikologi Umum,(Bandung,Pusaka Setia,2003),hal.401-404
[3] Drs.Alex Sobur,M.Si,Psikolog Umum,Bandung,Pusaka Setia,2003),hal.407-409
[4] Prof.Dr.Bimo Wagito,Pengantar Psikologi,(penerbit ANDI Yogyakarta),hal.133
[5] Drs.Alex Sobur,M.Si,Psikologi Umum,(Bandung,Pusaka Setia,2003),hal.432
[6] Usman Najati,Psikologi Dalam Al-quran,(Bandung,Pusaka Setia,2005),hal.99

1 komentar:

  1. BISMILLLAH... Info bermanfaat Mas, Mohon dikongsi copy kajian ini ya pak. JazakaLLAH khairan kasiran.
    Wassalam,

    BalasHapus