Upaya
Yayasan Sayap Ibu Dalam Menangani Anak ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
(Laporan ini disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah BKI Anak dan Remaja)
Dosen
Pengampu : A. Said Hasan Basri, M.Si
Disusun :
Miftakhul
Muayati
10220067
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah SWT menciptakan manusia dari setetes air mani yang bertemu dengan sel
telur dan kemudian berproses selama 9 bulan 10 hari kemudian lahirlah seorang
anak. Anak adalah dambaan setiap orang tua,setiap orang tua pasti menginginkan
seorang anak untuk menjadi generasi penerus mereka. Orang tua juga berharap kelak anaknya lahir
dengan sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Akan tetapi manusia hanya bisa berikhtiar karena, semua yang akan terjadi sudah
ditentukan oleh Allah SWT.
Namun
pada kenyataanya,
cukup banyak dijumpai di sekitar kita, bahwa tidak semua anak dilahirkan dalam
keadaan normal dan sempurna (lengkap jasmani dan rohani). Selain karena bawaan sejak lahir atau karena
sebab yang lain yang terjadi saat proses perkembangan, maka tidak sedikit anak
yang mengalami cacat fisik ataupun mental. Dan salah satunya adalah
anak yang menderita
ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder). Akan tetapi ini semua tidak lepas dari perhatian orang
tua khususnya yang mempunyai anak menderita ADHD.
Anak menderita ADHD adalah anak yang mengalami hambatan
dan gangguan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan masyarakat,
bertingkah laku dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dalam hal ini mereka terhambat atau kurang dalam bersosialisasi dengan lingkungan
tempat tinggalnya.
Anak
menderita
ADHD bukanlah musibah bagi orang tua, namun mereka merupakan
anak yang istimewa. Dalam perkembangannya seorang anak yang hiperaktif
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengasuhan untuk memperoleh kasih sayang
dan ilmu pengetahuan yang akan membantu perkembangannya dimasa yang akan
datang. Namun,pada kenyataannya tidak semua anak Anak menderita ADHDmempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pengasuhan yang layak dari orang tuanya.
Masih banyak dari mereka yang sampai saat ini hidup tanpa pengasuhan dari orang
tua.
Walaupun tidak ada data yang pasti mengenai pertumbuhan dan
sebaran anak dengan ADHD di Indonesia, namun perhatian terhadap fenomena ini
semakin meningkat dari tahun ketahun. Hal ini tampak dengan semakin banyaknya
yayasan, panti, maupun sekolah yang menerima dan memberikan perlakuan khusus
bagi anak-anak tersebut. Sayangnya, penyebaran pengetahuan mengenai ADHD masih
belum merata karena kurangnya informasi mengenai ADHD yang dapat dijadikan panduan
sehingga tidak urung banyak orang yang keliru melakukan identifikasi awal
terhadap anak-anak tersebut dan akhirnya berujung pada kekeliruan lain didalam
memberikan penanganan dan perlakuan yang tepat.
Berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam menangani anak
ADHD, kesulitan dan hambatan serta kemungkinan solusi bagi orang tua, saudara
kandung, pengasuh, dan anak itu sendiri dalam berbagai bidang kehidupan seperti
belajar, bermain, dan bekerja, sampai penanganan terbaru untuk anak ADHD dan
berbagai isu serta mitos yang berkaitan dengan penanganan ADHD pada anak, yang
merupakan tujuan utama dari observasi ini.
Dalam hal ini peneliti
melakukan observasi ke Yayasan Sayap Ibu untuk menampung anak-anak yang lahir
terlantar. Dengan sabar mereka merawat anak-anak yang mempunyai kekurangan. Bukan
hanya mereka yang Anak menderita
ADHD, tapi disini juga ada beberapa anak yang mempunyai kekurangan
lain, seperti Grahita, Tuna Wicara, dan sebagainya. Hampir semua anak-anak
tersebut mempunyai Ketunaaan “ganda”.
B.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari
observasi ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui karakteristik hiperaktif
2.
Untuk
mengetahui upaya pendamping dalam proses perkembangan anak hiperaktif
3.
Untuk
memperoleh informasi tentang layanan bagi anak hiperaktif
C.
Manfaat dan Kegunaan
1. Secara Teoritis
a. Memperkaya khazanah keilmuan dan
mendapatkan informasi tentang bentuk layanan bagi anak hiperaktif
b. Mengembangkan wawasan peneliti dalam
bidang penanganan anak hiperaktif
2.
Secara Praktis
Dari observasi ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu kepada masyarakat luas tentang
bagaimana seharusnya memperlakukan anak hiperaktif.
D.
Metode Pengumpulan
Data
1.
Wawancara
(interview)
Jenis
wawancara yang digunakan dalam observasi ini adalah bebas terpimpin, yaitu
pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal
yang akan ditanyakan.
2.
Observasi
Dalam
observasi ini dipergunakan cara observasi partisipan yang artinya peneliti ikut
terjun langsung dan aktif dengan subjek penelitian untuk mendapatkan informasi.
3.
Dokumentasi
Dalam
observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang sifatnya tertulis,
seperti struktur organisasi, laporan kegiatan dan lain-lain.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian ADHD
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, atau dalam Bahasa
Indonesia disebut Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), disebabkan karena suatu gangguan
neuro-biologis di dalam otak yang dapat secara parah mengancam tumbuh kembang
seorang anak. Anak ADHD adalah anak yang luar biasa banyak gerak dan sering
kali tidak dapat dikendalikan, tidak tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi.
Karena itu, dia kemudian mengalami kesulitan, baik dirumah maupun disekolah.
Walaupun ia berusaha menyesuaikan diri dan mengikuti peraturan, tetapi ia
sering kali tidak berhasil. Perilakunya yang kacau itu justru mengundang
kejengkelan bagi orang-orang disekitarnya. Akibatnya adalah ia kesulitan
mendapatkan teman dan sahabat. Kondisi ini dapat membawanya pada
masalah-masalah emosional, agresif atau sebaliknya perilaku diri dan depresi.[1]
B. Faktor Penyebab ADHD
Ada
beberapa hal sebagai penyebab ADHD diantaranya:
1. Faktor keturunan.
Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak
adopsi, tampak bahwa faktor keturunan membawa peranan sekitar 80%. Dengan kata
lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala
ADHD dalam kehidupan bermasyarakat akan ditentukan faktor genetiknya.
Anak dengan orang tua yang menyandang ADHD mempunyai delapan
kali kemungkinan mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai resiko mendapat
anak ADHD.
2. Genetik dan Lingkungan
ADHD juga tergantung kepada kondisi gen tersebut dan efek
negatif lingkungannya, yang apabila terjadi secara bersamaan maka dapat
dikatakan bahwa lingkungan itu penuh resiko. “Lingkungan”, dalam hal ini
mempunyai pengertian yang luas, termasuk lingkungan psikologis (relasinya
dengan orang-orang lain, dan berbagai kejadian dan penanganan yang sudah
diberikan kepada anak tersebut).
Lingkungan fisik (makanan, obat-obatan, penyinaran); anak ADHDatau
attention-deficit hyperactivity disorder,
terbukti pula sensitif terhadap beberapa jenis zat kimia. Salah satu yang
terburuk adalah pewarna tartrazine,
dikenal dengan E102, parahnya zat pewarna ini menyebar di hampir seluruh jenis
pananganan dan minuman moderen, termasuk gula-gula, kue dan roti yang kerap
dikonsumi anak. Dalam studi skala besar mengenai anak hiperaktif pada
1960-an oleh dokter Ben Feingold, satu grup senyawa kimia bernama salisilat, ditemukan terutama di zat
tambahan makanan, ternyata membuat anak-anak menjadi lebih hiperaktif. Ketika
anak-anak tersebut diberi donat yang berisi selai mengandung rasa dan warna artifisial, perilaku mereka memburuk
hanya dalam beberapa jam.[2]
Lingkungan biologis maksudnya adalah bakat atau bawaan yang
biasa disebut dengan istilah “variasi
genetik”, variasi genetik ini akan menentukan kerentanan seorang anak
terhadap faktor lingkungannya, seperti halnya ibu perokok saat kehamilan. Kita
juga dapat mengatakan bahwa faktor lingkungan akan mempunyai efek membesar
variasi genetik.
3. ADHD dan Otak
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa secara biologis ada
dua mekanisme didalam otak:
a) Pengaktifan sel-sel saraf (eksitasi)
b) Penghambatan sel-sel saraf (inhibisi)
Pada reaksi eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan
dari luar adalah melalui pancaindera. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu banyak eksitasi.
Dalam perkembangan seseorang anak pada dasarnya pengaktifan sistem-sistem ini
adalah perkembangan yang terbanyak. Tampaknya pada anak ADHD, perkembangan
sistem inhibisi ini lebih lambat berkembangan, dan juga dengan kapasitas yang
lebih kecil. Sistem penghambatan atau pengereman didalam otak bekerja kurang
kuat atau kurang mencukupi.
4. Otak yang Berbeda
ADHD disebabkan karena adanya fungsi yang berbeda dari otak
penyandang. Dari penelitian-penelitian tentang otak, menjadi jelas bahwa
umumnya tidak tampak adanya kerusakan otak, namun smemang ada neuro-anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak dengan atau yang tanpa ADHD.
Perbedaan neuro-anatomi adalah adanya perbedaan bentuk dari beberapa daerah di
bagian otak. Perbedaan neuro-kimiawi adalah perbedaan dalam penyampaian
sinyal-sinyal didalam otak.
5. Neuro-Anatomi
Dari beberapa penelitian dapat diketahui bahwa ada perbedaan
dibeberapa bagian otak pada anak ADHD yang lebih kecil dari pada anak-anak
seusianya. Dari publikasi kelompok New York menunjukkan bahwa 152 anak-anak
(usia 5-18 tahun dengan ADHD dan 139 anak tanpa ADHD, akan terlihat beberapa
bagian otak dari anak-anak ADHD 3% lebih kecil dari pada sebayanya yang tanpa
ADHD. Disamping itu terlihat dibeberapa bagian tidak terdapat adanya
perkembangan yang asimetrik dari balahan otak, yang sebenarnya pada anak-anak
tanpa ADHD merupakan gambaran yang normal. Dari sini para peneliti menyimpulkan
bahwa ADHD terdapat gangguan perkembangan otak diusia dini.[3]
C. Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Menurut buku ”Anak Hiperaktif”
(Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati), Ciri anak hiperaktif atau
anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah:
1. Tidak Fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif
tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki fokus yang jelas
dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi
dengan baik.
2. Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu
bergerak, nakal, keinginannya harus segera dipenuhi, tidak bisa diam dalam
waktu lama dan mudah teralihkan.
3. Impulsif
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba
tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang ada di
depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah
dasar, atau sebelum mereka berusia 7 (tujuh) tahun.
4. Menentang
Umumnya memiliki sikap
penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya ditunjukkan dengan
sikap cuek.
5. Destruktif
Destruksif atau merusak. Merusak
mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.
6. Tidak kenal lelah
Sering tidak menunjukkan sikap
lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak
sanggup meladeni perilakunya.
7. Tidak sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu
giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili teman-temannya tanpa
alasan yang jelas.
8. Intelektualitas rendah
Sering kali anak dengan gangguan
hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata anak normal. Mungkin
dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa
menunjukkan kemampuan kreatifnya.[4]
Menurut Arga Paternotte & Jan
Buitelaar (ADHD ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) hal.9).
Ada kemungkinan gelaja ADHD pada berbagai berbagai usia diantaranya:
|
Masalah gangguan pemusatan perhatian dan
Kosentrasi
|
Impulsivitas
|
Hiperaktif
|
|
Anak-anak
·
Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
·
Cepat beralih perhatian
·
Tidak bisa berkonsentrasi
|
·
Kurang kontrol diri
·
Tidak dapat menunggu giliran
·
Bicara sebelum gilirannya dan segalanya campur aduk
|
·
Sangat banyak gerak dan goyang-goyang
·
Selalu on the
go
·
Tak bisa berhenti bicara
|
|
Remaja
·
Tidak dapat memenuhi tuntutan pendidikan
·
Tidak komunikatif
·
Cepat beralih perhatian
|
·
Kontrol diri jelek
·
(seksual) perilaku berisiko
|
·
Dalam hati tidak tenang dan merasa kehilangan ketenanangan
·
Penyelalahgunaan obat terlarang
|
|
Dewasa
·
Mempunyai kesulitan untuk tetap memusatkan perhatian
ke sesuatu
·
Mudah beralih perhatian
·
Tidak bisa mendengarkan orang lain
|
·
Sulit menguasai impulsivitas
·
Masalah dengan mengendalikan/mengendarai mobil
·
Tidak dapat menguasai reaksi emosinya
|
·
Gerak-gerak kecil
·
Bicara tak terbatas
Tak ada
ketenangan didalam hati[5]
|
D. Jenis-jenis Anak ADHD
1. Inatensi (ADD)
Mudah terganggu perhatiannya oleh lingkungan sekitar (suara,
gerakan), terlihat tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara langsung, sulit
memusatkan perhatian pada tugas dan aktivitas bermain, lupa dengan aktivitas
harian, tidak mengikuti perintah dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah
atau
pekerjaan (bukan karena tidak mengerti), Menghindar, tidak menyukai pekerjaan
yang membutuhkan usaha pemikiran seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah, gagal
untuk memusatkan perhatian pada hal yang detail dan membuat banyak kesalahan
besar, kehilangan benda-benda yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau beraktivitas,sulit
untuk mengorganisir tugas dan akitivitas.
2. Hiperaktif Impulsif
Menunjukkan gejala yang sangat hiperaktifdan impulsif, sulit
memusatkan perhatian, banyak terjadi pada anak kecil.
3. Kombinasi
Menampakkan gejala mudah terganggu perhatiannya disertai
hiperaktif dan impulsif.
E.
Bentuk Penanganan ADHD
Penanganan ADHD haruslah dilakukan oleh
sebuah tim dari berbagai ahli dengan paling tidak ada dokter yang bekerja sama
dengan terapi perilaku. Bentuk penanganannya adalah:
1. Obat-obatan
Beberapa pandangan yang berdasarkan
penelitian ilmiah menyatakan bahwa obat-obatan mempunyai efek lebih baik dari
pada terapi perilaku. Sekalipun begitu, para psikolog perilaku tetap tidak
menyetujui. Pengobatan dapat memperbaiki gejala utama ADHD yaitu pemusatan perhatian
dan masalah konsentrasi, inpulsivitas dan hiperaktif. Disamping itu, tampak
bahwa implusivitas dan agresivitas dapat diturunkan dengan pengobatan, anakpun
kemudian dapat dididik, pengerjaan tugas sekolah juga dapat lebih akurat,
kontak sosial menjadi lebih baik, dan juga motorik halusnya menjadi lebih baik.
Poin positif terbesar dari pengobatan ADHD adalah menghindari berbagai
kesalahan, dan juga dapat memutuskan spiral negatif antara anak dan
lingkungannya.
Urutan pemilihan obat-obatan untuk ADHD
a) Pilihan pertama: methylfenidat (Ritalin, Corcerta), dexafetamine, atau atomoxetine
(stattera)
b) Pilihan kedua: tricyclische antidepresiva (imipramine) (Trofanil) atau nortriplyline
(Nortrilen)
c) Pilihan ketiga: clonidine (Dixarit) atau guanfacine (Estulic)
d) Setidaknya beberapa kali diresepkan: Neuroleptica, risperidon (Risperdal) atau
pipamperon (Dipiperon)
Obat-obatan yang diresepkan untuk ADHD
sebetulnya tidak akan menyembuhkan, obat tidak akan menghilangkan penyebab
ADHD. Perbaikan melalui pengobatan adalah hanya sementara saja. Bila obat yang
digunakan sudah tidak bekerja lagi, maka gejala-gejalanya akan muncul lagi.
Kadang dalam waktu singkat akan lebih kuat daripada keadaan normal; kondisi ini
disebut sebagai rebound-effect.
2.
Fisiotherapy
Fisioterapi disebut sebagai terapi
fisik, melibatkan mengevaluasi, mendiagnosa, dan mengobati berbagai penyakit,
gangguan, dan ketidakmampuan menggunakan sarana fisik. Dipraktekkan oleh
fisioterapis atau terapis fisik, itu dianggap dalam bidang kedokteran
konvensional. Metode untuk diagnosis dapat bervariasi, tergantung pada situasi,
meskipun pemeriksaan fisik dan pengujian sering digunakan untuk evaluasi.
Perawatan dapat mencakup berbagai praktik, termasuk pijat, aplikasi panas atau
listrik, dan bantuan dengan menggunakan perangkat mobilitas seperti pejalan
kaki dan kruk. Tahap-tahap fisiotherapy sebagai berikut:
a) Assessment
Banyak ahli fisioterapi mulai dengan penilaian kondisi pasien. Ini biasanya mencakup kajian sejarah medis pasien dan pemeriksaan fisik. Fisioterapi sering mempertimbangkan riwayat medis meninjau pemeriksaan subyektif, karena pendapat pasien atau pengalaman masa lalu dapat mempengaruhinya. Mereka menganggap pemeriksaan fisik, namun, untuk menjadi lebih obyektif, gejala yang dapat diamati dan diverifikasi adalah perhatian utama. Tahap penilaian mungkin, dalam beberapa kasus, melibatkan tes diagnostik untuk lebih mengevaluasi kondisi pasien dan mengembangkan rencana pengobatan yang efektif.
b) Diagnosa
Setelah pengujian selesai, maka
fisioterapi melihat hasil untuk menentukan masalah yang dihadapi pasien mereka.
Hal ini dapat berkisar dari masalah yang cukup kecil, seperti otot ditarik atau
rusak, luka parah atau kerusakan saraf yang menyebabkan rasa sakit dan
kurangnya mobilitas. Spesialis lain dapat berkonsultasi dalam fisioterapi untuk
menentukan program, terbaik komprehensif tindakan untuk pasien, meskipun ini
tergantung pada situasi.[6]
Namun perlu diketahui, tidak semua anak
ADHD diberi penanganan yang sama. Para pemberi layanan harus tetap memberikan penanganan
yang cocok dengan keadaan anak, keluarga, dan lingkungannya (pertolongan yang
sesuai).
F. Cara
menghadapi anak ADHD
1.
Menjaga komunikasi dan biarkan ia merasakan kasih sayang
Ketika anak melihat dan merasakan
perhatian yang diberikan orangtuanya, dan memang, perlu diakui, bahwa menjalin
komunikasi dengan anak-anak hiperaktif ini harus senantiasa. Ibaratnya, harus
setiap menit kita mengajaknya berkomunikasi. Dan bukannya memanjakan, perhatian
terhadap anak-anak hiperaktif memang harus lebih banyak dibandingkan
saudara-saudaranya yang normal.
2. Ajarkan kedisiplinan
Anak-anak hiperaktif cenderung tidak
disiplin. Mereka tidak mau tenang, dan cenderung membangkang. Tidak patuh pada aturan. Maka salah satu yang perlu
dilakukan adalah membuat sebuah “kontrak” perjanjian dengannya untuk berlatih
disiplin.
3. Lebih banyak bersabar
Ini adalah tuntutan utama bagi para
orangtua. Tanpa kesabaran, maka tidak tidak akan dapat menangani anak Anda
dengan baik.
4. Tidak menghukumnya secara
berlebihan
Bukan salah anak jika hiperaktif. Jangan
menghukumnya karena gangguan hiperaktif ini. Melatihnya berdisiplin, dengan
cara yang baik dan benar.
5. Jangan pelit memberikan
pujian
Jangan pelit untuk memberikan pujian
kepada anak kita saat ketika dia mampu melakukan suatu tindakan positif
sehingga melatih anak untuk menangkap rasa kedekatan dan pujian dari orang
terdekat yang dia cintai. Rasa kedekatan tersebut antara anak dengan orang tua
akan memacu dan mendorong serta mengarahkan anak kearah yang lebih baik. Itu
merupakan modal anak dalam mengungkapkan imajimasinya.[7]
BAB
III
HASIL OBSERVASI
A.
Deskripsi Dari Yayasan Sayap Ibu
Yayasan Sayap Ibu (YSI) didirikan oleh Ny. Sutomo, Ny.
Sukardi Dan Ny. G. Sunaryo pada tahun 1955, sebagai jawaban atas kepedulian
nasib bayi-bayi yang dilahirkan diluar nikah atau akibat posisi sosial dan
ekonomi calon ibu yang kurang mampu menguntungkan, sehingga tidak sedikit
diantara bayi-bayi itu yang menjadi korban penguguran, pembunuhan oleh orang
tuanya sendiri.
YSI didirikan dengan harapan bahwa kepedulian masyarakat
dapat memberi kehangatan bagi anak-anak yang malang itu seperti halnya sayap
induk ayam yang selalu mencerminkan kehangatan dan perlindungan kasih sayang
dan sinarnya kesempatan untuk tubuh dan berkembang secara wajar, sebagaimana layaknya
anak-anak yang memang seharusnya memperoleh hak tersebut.
Yayasan berhasil mendirikan sebuah panti di Jl. Barito,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kepedulian masyarakat saat itu masih rendah.
Sulitnya mendapat dana menyebabkan perkembangan yayasan terhambat, sehingga
hampir saja dibubarkan.
Pada tahun 1961, berhasil dibentuk kepengurusan baru yang
dibantu oleh relawan yang menyediakan diri untuk mengabdi secara insidental.
Sejak tanggal 30 September 1968, Yayasan Sayap Ibu mengubah Akte Notaris dan
memperbaharui kepengurusannya dibawah kepemimpinan Ny. J. S. Nasution dan Ny.
Ciptaningsih Utaryo.
Pada tahun 1978 Yayasan Sayap Ibu mendidrikan dua cabang:
1. Cabang Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
2. Cabang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004 Yayasan Sayap Ibu Pusat pindah ke Provinsi D. I.
Yogyakarta. Kemudian tahun 2005 mendirikan Yayasan Sayap Ibu Cabang Propinsi
Banten.Dengan adanya ketiga cabang tersebut di atas, Yayasan Sayap Ibu semakin
mampu meningkatkan pelayanannya.Pada mulanya, atas bantuan KRT Sindhudiningrat,
kantor dan Panti Perawatan Anak beralamat di Tambakbayan, Jl. Adisucipto KM 7
Yogyakarta.
Pada tahun 1981, atas bantuan USC Canada dan sumbangan
masyarakat, dibangun panti perawatan (Panti I) di Pringwulung, Condongcatur,
Depok, Sleman, Yogyakarta, diatas tanah seluas m2.YSI cabang Provinsi DIY
mendapat pengukuhan Menteri Sosial RI pada tanggal 24 Mei 1989.
Visi
Anak adalah Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dilahirkan dalam
keadaan tanpa dosa dan juga tidak memikul dosa-dosa orangtuanya. Mereka berhak
atas pemeliharaan dan perlindungan sejak dalam kandungan dan sesudah
dilahirkan.
Bantuan
dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap
anak, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik, dan
kedudukan sosial. Dan bagi mereka yang cacat berhak untuk mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupan anak yang
bersangkutan (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).
Misi
1. Mengusahakan semaksimal munglin agar anak terlantar binaan
Yayasan Sayap Ibu mendapatkan perlindungan hukum demi hari kemudiannya.
2. Melaksanakan usaha kesejahteraan anak yang holistik, terpadu dan
berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya, yang bertujuan menolong
anak-anak balita yang:
a. Tidak ada orangtuanya atau wali yang merawatnya.
b. Tidak diketahui orangtuanya atau kerabat lainnya.
c. Terlantar, dan yang karena sebab-sebab lain patut diberi
pertolongan segala sesuatunya, dalam arti kata yang seluas-luasnya[8].
SDA dan SDM
Panti sayap ibu cabang 2 (dua) yang ada di Brebah ini
memiliki sumber daya alam yang dibagi menjadi dua bagian gedung yaitu gedung
belakang dan gedung depan yang terdiri dari beberapa fasilitas diantarannya:
1. Kantor Administrasi
2. Ruang Assesment
3. Ruang Fisiotherapi
4. Ruangan 2 Bangsal
5. Taman bermain
6. Dapur dan tempat makan
7. Mushola
8. Ruang tamu
9. Ruang tempat pencuci pakaian
10. Ruang terapi musik
11. Kamar tamu
12. Kamar mandi[9]
Bentuk Kerja Sama
a. Rumah Sakit Sarjito
Panti yayasan sayap ibu juga bekerjasama dengan RSUD Dr.
Sarjito. Bentuk kerjasamanya yaitu kumpulan dari berbagai dokter Spesialis
mengadakan kunjungan dan pemeriksaan
rutin yang dilakukan tiga minggu sekali. Jika ada anak yang mengalami
sakit dan membutuhkan tindakan dari medis biasanya pengasuh dipanti merujuknya
ke RSUD Dr. Sarjito untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
b. Kepolisian dan Dinas Sosial
Yayasan sayap ibu sebagai penampung hasil temuan anak yang
dibuang atau diterlantarkan oleh keluarganya. Biasanya penemuan anak-anak oleh
warga di laporkan kepihak kepolisian, selajutnya dibawah kedinas sosial dan
setelah itu diserahkan ke yayasan Sayap Ibu.
c. Luar negeri
Banyak
mahasiswa-mahasiswidari belanda jurusan
Fisioterapi Hogeschool van Amsterdam , magang di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta,
Selama tiga bulansekali mahasiswa/i tersebut bergantian berada di Yayasan Sayap
Ibu. Salah ssatu kegiatannyayaitu membuat program pelayanan fisioterapi untuk
anak-anak Yayasan Sayap Ibu[10].
B. Anak Hiperaktif di
Yayasan Sayap Ibu
1.
Sapta
Berumur 19 tahun, status terlantar,
masuk kedalam panti yayasan sayap ibu II pada tahun 2001. Selain mengalami
hiperaktif sapta juga termasuk mengalami autis, tuna wicara dan tuna daksa,
serta tuna grahita ( kedua kakinya menggunakan kaki plastik).
Makanan kesukaan Sapta adalah
makanan yang pedas seperti sambal, dan juga telur rebus. Sebenarnya anak autis
yang hiperaktif tidak boleh makan makanan yang dari bahan tepung dan susu.
Namun ketika Sapta tidak boleh makan tepung dan susu, dia tidak ada perkembangannya.
Dan ketika dia makan tanpa adanya pantangan makanan yang dimakannya dia
baik-baik saja. Sedangkan makanan yang
tidakdisukai adalah bakso dan telor
dadar.
Dari kebiasaan setiap harinya Sapta
selalu terikat kedua tangannya dengan menggunakan tali yang berasal dari kain. Terkadang dia juga bisa melepas
talinya sendiri, dan memakaikan talinya sendiri ke tanggannya. Bahkan Sapta
juga bisa membuat tali sendiri dengan cara menyobek kain yang ada, setelah itu
mengikatkannya sendiri ketanggannya. Karena kebiasaan seperti itu , tangan Sapta
bisa memutar ke belakang dengan lenturnya berbeda dengan orang yang normal
biasanya.Selain kebiasaan ditali tanggannya, Sapta juga memiliki kebiasaan
memakai topi. Menurut mas Amir pengasuh Sapta, “anak autis hiper biasanya memiliki rasa nyaman ketika ada sesuatu
barang atau benda yang ditaruh diatas kepalanya. Sesuatu barang atau benda
tersebut yang tidak bisa jatuh ketika ditaruh diatas kepalanya”. dan juga Sapta itu tergantung moodnya, pada
waktu dulu sapta pernah menggunakan helm, bantal, dan boneka yang ditaruh
diatas kepala, namun sekarang topi. karena jika dia menyukainya maka akan
dipakai terus benda atau barang tersebut, jika dia sudah bosan atau tidak suka
pada benda atau barang tersebut maka akan menggatinya dengan yang lain”.
Untuk membangun moodnya menjadi baik
biasanya Sapta diajak oleh pengasuh bermain diempang yang letaknya disebelah
bangsal untuk laki-laki. Namun dia akan marah bila permintaan yang
diinginkannya tidak terpenuhi misalkan saja bila ada pembagian snack dan nasi
kardus. Jika teman-temannya mendapatkan snack dan nasi kardus tersebut namun
Sapta belum mendapatkanya maka ia pun akan marah dan menangis. Dalam kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain Sapta kurang bisa berkomunikasi secara
baik,ketika kami datang dan menyapanya ia hanya terdiam namun dia bisa merespon
dan mau bersalaman dengan kami saat pangasuhnya menyuruh untuk bersalaman. Ia
tidak mampu untuk diajak berbicara namun ketika hal yang menjadi rutinitasnya
ia dapat memahaminya seperti makan, buang air kecil, besar, disuruh buka baju dan lepas celana.
Selain itu dia akan marah ketika penutup kepalanya diambil dan pada saat itu juga
dia akan mencari topinya, sambil berteriak-triak kepada pengasuh.
2. Faisal
Berumur 13 tahun, status terlantar , sejak kecil Faisal sudah
masuk di panti Yayasan Sayap Ibu. Selain hiperaktif dia juga tergolong anak
autis, tuna netra. Sama seperti Sapta setiap harinya Faisal juga selalu diikat
kedua tanganya namun bedanya jika Sapta masih bisa diajak komunikasi lain
halnya dengan Faisal yang tidak bisa merespon orang lain (pasif) sehingga
emosinya sulit diketahui. Selain diikat kepalanya selalu memakai helm sebagai
pelindung karena jika tangan tidak diikat dan kepalanya tidak memakai helm ia
suka melukai dirinya sendiri hingga membuat matanya buta karena sering dipukul-pukul
dengan tangannya. Namun menurut diagnosis dokter kebutaan Faisal belum
diketehui jelas, karena Faisal juga menderita katarak mata. Menurut dokter yang
merawat Faisal, kataraknya bisa disembuhkan dengan dioperasi namun dengan
syarat setelah dioperasi bagian kepalanya tidak boleh dipukul-pukul lagi selama
tiga bulan. Setiap harinya Faisal juga selalu memakai pamperskarena ia tidak
bisa buang air kecil ataupun besar dengan sendirinya. Ketika makanpun dia harus
disuapin dan pada saat mandi pun dia masih butuh bantuan pengasuh. Dia memiliki
kebiasaan memegang benda yang bisa menimbulkan bunyi suara seperti plastik,
daun, dan kertas. Dahulu Faisal bisa berjalan sendiri namun sekarang lebih
cenderung diam ditempat sambil memainkan sesuatu yang dipegangnya. Mungkin
disebabkan karena dia merasa takut menabrak ketika jalan kemana-mana.
3. Rumiyati
Rumiyati berumur 26
tahun,status terlantar, ia mengalami hiperaktif dan tuna wicara,
tuna daksa, dan microcepalus. Kebiasaanya
dia adalah suka jalan-jalan sendiri dilingkungan panti, ia juga sering terlihat
menyendiri dan tidak membaur dengan teman-temannnya. Selain
suka mondar-mandir, suka tepuk tangan, suka memukul kaca, papan, dinding, dan
juga dia paling suka adu tepuk tangan dengan orang lain (toss). Kepala dia
pernah dijahit karena terkena keramik. Komunikasi dia sangat minim responnya,
bahkan dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Pada saat menstruasi, pemakaian
pembalut dipakaikan oleh pengasuh. Dan pada saat buang air besar atau kecil
masih dibantu pleh pengasuh.
4.
Widiawati
Berumur 9 tahun, status terlantar, selain hiperaktif ia
mengalami epilepsi, tuna wicara dan
tuna netra. Hiperaktifnya akan muncul ketika ia mendapatkan kesukaanya yaitu ia
suka mendengarkan musik yang slow. Bukanya ekspresi sedih yang dia munculkan
namun ketika musik itu dibunyikan ia akan menari dengan sangat senang kemudian
bila ada orang-orang disekitarnya ia akan menarik dan mengajaknya berdansa. Ia akan
tetap menari bila musiknya tidak dihentikan. Ketika tidak ada musik ia suka
menyendiri dan suka menjilat-jilat lantai dan bila buang air kecil suka
sembarangan. Selain itu dia mempunyai kebiasaan memegang benda sesuatu seperti
bola,dll.
C.
Jenis Layanan Yang Digunakan Untuk
Penanganan Anak Hiperaktif
1.
Dari Pengasuh
Para peneliti diberi
kesempatan oleh receptionis Ibu Putri untuk mewawancari dua orang pengasuh yang
bernama mas Amir, pengasuh untuk anak
laki-laku panti dan IbuPengasuh perempuan. Mas Amir sendiri sudah bekerja
selama tujuh tahun di Yayasan Sayap Ibu,
sedangkan Ibu pengasuh perempuan yang dalam hal ini peneliti melupakan untuk
mencatat nama pengasuh perempuan yang diwawacarai
tersebut sudah bekerja di Yayasan Sayap Ibu sekitar sepuluh tahun.
Menurut mas Amir “Yayasan Sayap Ibu berjumlah delapan orang
yang terdiri dari empat pengasuh putra dan empat pengasuh putri yang dipimpin oleh koordinator
pengasuh, namun pada saat sekarang koordinator pengasuhnya tidak ada karena baru
keluar dari Yayasan Sayap Ibu.Selain itu juga terdapat kepala panti, receptionis, bagian
administrasi, juru masak, dan tukang cuci”.
Dalam pemberian
layanan kepada anak hiperaktif, pengasuh memberikan pelayanan dengan penuh
kesabaran, mulai dari mendampingi keseharian anak hingga mengurusi
kebutuhan-kebutuhan anak-anak yang meliputi hal kebersihan, kesehatan, dan lain
sebagainya. Dalam hal kebersihan ini mencakup kebersihan tempat, ruangan,
pakaian, dan kebersihan anak-anaknya. Namun Untuk membersihkan tempat tidak
semuanya pengasuh yang melakukan, di sini pengasuh memberikan
pelatihan-pelatihan kepada anak yang sekiranya bisa melakukan seperti latihan
mengepel lantai, tapi pengasuh juga tetap mendampingi untuk mengawasi dan
mengajari anak tersebut. Sedangkan untuk kebersihan anak-anaknya pengasuh
sangat berperan, karena untuk anak-anak yang tidak bisa mandi sendiri seperti
Faisal, Rumiyati, Widyawati, dan anak-anak lainnya perlu dimandikan, bahkan
untuk buang air kecil dan besar mereka masih sangat butuh bantuan pengasuh,
terutama anak perempuan yang sedang menstruasi, maka pengasuhlah yang melayani
mulai dari memakaian pembalut sampai mencucikan.
Adapun dalam hal
kesehatan anak-anak, pengasuh mengurus, memberikan obat-obat yang mereka
butuhkan. Untuk pemberian obat kepada anak-anak yang mengurus adalah salah satu pegasuh putra yaitu yang
bernama Pak Amir. Beliau bekerja sama dengan pihak RSUD Sarjito untuk
memberikan resep obat untuk anak-anak khususnya anak yang hiperaktif, seperti
halnya Sapta, obat yang diberikan kepada Sapta yaitu meliputi: respiradero, triheksilpenidil (pil
koplo),dll. Dan untuk anak yang sakitnya berlanjut, pengasuh merujuk ke RS
untuk opname, dan pengasuh menunggu anak tersebut.
Banyaknya pekerjaan
yang dilakukan oleh para pengasuh di Yayasan Sayap Ibu, menjadikan para
pengasuh tidur diPanti, dan mereka diberi libur oleh pihak Yayasan selam lima
hari dalam sebulan dan diambil satu kali lansung dalam satu bulan. Biasanya
waktu lima hari libur digunakan para pengasuh untuk pulang kerumah berkumpul
bersama keluarga.
2.
Dari Fisiotherapy
Fisioteraphy yang berada di Yayasan SayapIbu berdiri sejak tanggal
1 januari 2009. Sebelum tahun 2009 sudah ada layanan fisioterapy namun, para
terapis mengundurkan diri dengan alasan yang kurang jelas. Setelah itu,
masuklah terapis yang bernama Bapak Anasdan Ibu Intan. Bapak Anas dan Ibu Intanmemulaifisioterapinya
mulai dari awal lagi, dengankeadaanruangankosongtidakada apa-apa, dan yang
tersisa hanya bola besar berwarna merah yang digunakan terapis sebelumnya,
sedangkan data tentang diagnosis anak pantipun juga tidak ada.
Bapak Anas dan Ibu
Intan mengawali terapinya dengan menggunakanruangan music yang
sekarangdigunakan sebagai ruangan terapi musik, Bapak Anas mencari data
diagnosa anak dengan bertanya kepada dokter dari RS Sarjito yang setiap bulan
sekali memeriksa anak panti. Fisioterapy juga dibantu oleh Mahasiswa dari
belanda. Berkat bantuan mahasiswa belanda sekitar tahun 2010 setelah erupsi
gunung merapi, mahasiswa belanda tersebut
mengadakan kegiatan sosial yang bernama Becak Fondation. Becak Fondation adalah kegiatan selama
tiga hari oleh mahasiswa belanda tersebut dengan berkeliling kota
Amsterdam menggunakan becak yang
bertujuan mencari dana untuk membantu Panti Sayap Ibu. Hasil dari sumbangan tersebut digunakan untuk
membanguan ruangan terapi dan alat-alat untuk terapi yang digunakan hingga
sampai saat ini.
Menurut Bapak Anas
Jadwal terapi di sayap ibu ini adalah hari senin-kamis yang dibagi menjadi dua
sesi. Sesi pertama dari pukul
08.00-12.00 yang berupa fisioteraphy, sedangkan sesi kedua dari pukul 15.00-selesai berupa terapi AFR
(aktifitasfungsionalrekreasi) sepertimenggambar, bermain, jalan-jalan,
ataumembuat kerajinan. Jadwal terapi yang ditawarkan bersifat kondisional, tergantungkeadaananak
yang akanditerapi, karena jika mood anak panti sedang yang tidak baik maka
terapis juga kesusahan untuk menerapi anak tersebut. Dalamsehari para terapis
di yayasan sayap ibu hanya bisa menerapi 5 sampai 7 anak yang bisa diterapis.
Menurut Bapak Anasdi
pantisayapibu ini,”terdapat4 anakyang
kondisi hyperaktif.Yaitu Faisal, Sapta, Wiwid, Dan Rumiyati,
semuaanaktersebutmengalamiperbedaankeadaantubuh”. Selain itu Sapta juga menderita
Cp Plastip, bapak Anas mengungkapkan terapi yang diterapkan adalah sensor
integritas karena mengalami gangguan emosi, selain itu juga terapi fisik karena
kakinya kaku sehingga tidak bisa jalan. Sebelum mendapatkan terapi fisik dan
yang lainya, bapak Anas mencoba untuk menjadi teman sapta, atau melatih
komunikasi Sapta, yang dilakukanPertama, pada awalnya selama enam bulan
awal Sapta diajak keselokan atau sungai dekat panti, menurut Bapak Anas “kenapa diajak kesana karena disana sapta bisa melihat mobil lewat,
motor orang jalan dan juga ada unsur tanah dan air yang berbeda”. Kedua,
Sapta diajak kesekolah selama enam bulan,
disana dia hanya duduk, makan snack. Menurut Bapak Anas “tujuan diajak jalan-jalan dan ke sekolah yaitu agar mendapatkan
suasana baru dengan melihat teman temanya yang lain sekolah”. Karena kebiasaan
Sapta melukai dirinya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya atau yang lain. Sapta
diajak ke ruang fisioterpi untuk diobati lukanya, dan itu dilakukan selama enam
bulan. Setelah itu terapis menghentikan aktifitasnya dengan Sapta yang biasa
dilakukan selama enam bulan, sebagai pancingan agar Sapta mencari terapis dan pancingan
itu berhasi. selama enam bulan Sapta dibiarkan oleh terapis, Sapta mulai merasa
membutuhkan terapis. Dan Sapta mulai bisa mengucapkan kursi roda yang artinyadia
ingin diajak jalan jalan,mengucapkan kata obat, artinya dia minta diobatin meskipun
tidak ada luka pada tubuhnya. Karena merasa membutuhkan terapis, Sapta sering
mendatangi ruang terapi. Setalah sapta berada diruang terapi terapis
mengajarkan kata kata atau larangan buat Sapta, seperti “tidak boleh nakal, tidak boleh nagis, tidak boleh pukul-pukul”yang
dilakukan selama kurang lebih empat bulan.
Setelah itu Sapta mulai diterapi, yang diawali dari stracing pelemasan otot,
agar tidak pendek dan kaku, lalu diberi mases pada kakinya sebelum
latihan jalan dengan alat jalan seperti static
cycle, rolator, walker yang didesain
khusus dari Belanda. Sedangkan untuk melatih otot tangan termasuk sela-sela
jarinya yaitu dengan meremas-remas plastisin atau lilin. Karenaberawaldari situ
tanganSaptabisaberkoordinasidenganalat-alatbantu yang bisamembawasebuahkemajuanuntukSapta.
Selain terapi fisik,
terapis juga memberikan terapi behavior kepada anak autis yang dialami Sapta
dan Faisal, yaitu dengan music. Sapta dan Faisal di ajak keruangan music yang
kedap suara dimana di dalam ruangan mereka dibiarkan untuk memilih mainan
apapun yang di sukai dan terapis hanya melihat dan mengawasi anaknya, sedangkan
music yang digunakan untuk terapi musik yaitu music seperti suara air, angin,
ombak dan keadaan alam yang lainya.Bukan instrumen biola atau piano. Karena musik
seperti instrument itu temponya terlalu cepat jadi berpengaruh kurang bagus
terhadap anak. Selainitu di dalamruangan terapi musicterdapatkasurgelombang,dimanasetiap
5 (lima)menitbergelombang sehinggabisamembuatanaklebihmerasanyamansaatterapi. Selainitu,ruangan terapi diberi aroma
terapibuahbuahan, karena menurutpenelitian aroma buah-buahan lebih fresh dan
lebih disukai oleh anak-anak autis dari pada aroma bunga.[11]
BAB IV
ANALISIS
A.
STUDI KASUS
Analisis yang digunakan dalam laporan observasi ini adalah
analisis deskriptif. Dilihat dari visi-misi misalnya, YSI memiliki Mengusahakan
semaksimal mungkin agar anak terlantar binaan Yayasan Sayap Ibu mendapatkan
perlindungan hukum demi hari kemudiannya.
Melaksanakan usaha kesejahteraan anak yang holistik, terpadu
dan berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya, yang bertujuan menolong
anak-anak balita yang: tidak ada orangtuanya atau wali yang merawatnya, tidak
diketahui orangtuanya atau kerabat lainnya, terlantar, dan yang karena
sebab-sebab lain patut diberi pertolongan segala sesuatunya. Hal ini bisa
dilihat dari peran pengasuh dan terapis dalam menangani anak ADHD yang berada
di Yayasan Sayap ibu. Walaupun jumlah pengasuh sangat terbatas namun mereka
bisa bekerja sama untuk merawat anak-anak berkebutuhan khusus di YSI. Selain
itu untuk menunjukkan eksistensi dari Yayasan Sayap Ibu juga mempunyai Website
yang beramalatkan di http//home.wanadoo.nl/ibu dan E-mail: sayapibu@indosat.net.id
Pada saat observasi peneliti tidak hanya mendapatkan data
dari wawancara, melainkan peneliti juga
melakukan pengamatan, yaitu melihat ketika salah seorang anak ADHD bernama
Sapta dilepaskan topi hajinya oleh pengasuh, Sapta merengek nangis dan berusaha
untuk mengambil topi tersebut di tangan pengasuh dengan jalan merangkang.
Selain itu peneliti juga mengikuti kegiatan langsung anak-anak ADHD misalnyaketika Sapta mengikuti Fisiotherapy
jalan sore, ketika Faisal disuapin makan, widiowati pada saat menari, dan
Rumiyati mengajak untuk adu tepuk (toss) bersama.
Adapun hasil wawancara terhadap narasumber mas Amir dan Bapak
Anas perkembangan Sapta meningkat, namun
para peneliti tidak bisa melihat langsung proses peningkatan perkembangan
tersebut. Hal ini dikarenakan para peneliti tidak diberikan data tentang
perkembagan anak ADHD. Selain itu ketika peneliti melihat Faisal dan Sapta
makan, peniliti merasa heran karena untuk anak hiperaktif sebenarnya tidak
boleh mengkonsumsi makanan dan minuman moderen,
termasuk gula-gula, kue dan roti karena membuat anak jauh lebih hiperaktif.
Namun pada kenyataannya makanan-makanan tersebut setiap hari dikonsumsi mereka.
Menurut mas Amir makanan dan minuman tersebut justru membuat kondisi mereka
lebih baik, dibandingkan pada saat dulu mereka banyak pantangan untuk
makan-minuman sesuatu justru
perekembangannya tidak ada perubahan.
B.
HAMBATAN
1.
Pengasuh
Dalam
menangani anak-anak di Yayasan Sayap Ibu, para pengasuh mengalami bebarapa
hambatan. Diantaraya adalah hambatan dalam menghadapi anak hiperaktif, karena
masih kurangnya tenaga pengasuh yang membantu dalam menangani anak-anak
hiperaktif. Tapi dalam perkembangannya, para pengasuh tidak lagi mengalami
hambatan, karena sudah terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan anak-anak
hiperaktif. Selain itu, pengasuh juga merasa kesulitan ketika pertama kali melakukan
adaptasi dengan anak-anak hiperaktif dan ketika anak-anak panti sedang sakit.
Karena biasanya menurut pengasuh jika ada salah satu anak sakit maka anak yang
lain akan gampang terkena sakit juga.
Adapun
hambatan lain yang dialami pengasuh dalam memberi pelayanan kepada anak-anak
yaitu susahnya mengetahui gejolak emosi anak-anak terutama anak yang cenderung
pasif seperti Faisal.
2.
Fisioterapi
Selain
dari pihak Pengasuh, ada juga kesulitan yang dirasakan oleh Fisioterapi ketika
melakukan fisioterapi khususnya saat fisiotherapy kepada anak hiperaktif.
Beberapa hambatan yang dirasakan oleh fisiotherapy diantaranya adalah ketika
dari anak sedang kehilangan mood-nya.
Selain
itu juga suasana mood terapi sendiri, karena kadang terbawa emosi dari rumah
ataupun jalan sebelum berangkat ke
Yayasan Sayap Ibu. Kendala terapis saat memberikan terapi adalah berkaitan
dengan pengontrolan emosi, mood. Anak yang berkebutuhan khusus itu mempunyai
kemampuan yang berbeda dimana meraka bisa merasakan sentuhan mana yang marah
dan mana yang dengan hati yang senang. Dan apabilasaatterapisdalamkeadaanemositerapi tidakakanbisadilanjutkan.
3.
Peneliti
Hambatan yang dirasakan dalam melakukan
observasi terhadap anak-anak hiperaktif diantaranya adalah kesulitan dalam hal
administrasi, dan mengatur waktu untuk melakukan observasi. Dalam hal
administrasi hambatan yang paling dirasakan adalah ketika melakukan perizinan
untuk melakukan observasi, misalnya saja peneliti harus beberapa kali
berkunjung Ke Yayasan Sayap Ibu yang
berada Di Pringwulung dan Yayasan Sayap
Ibu Panti II di Brebah, untuk memperoleh persetujuan dari pihak Yayasan dan
Kepala panti agar bisa melakukan observasi terhadap anak hiperaktif.
Hal ini disebabkan karena, kurang validnya informasi yang diberikan oleh
receptionis kapan waktu yang tepat untuk bisa bertemu dengan pengurus panti
maupun Kepala panti. Selain itu bidang adminitrasi juga tidak memberikan
dokement-dokument yang berisi tentang data-data perkembangan anak hiperaktif
sehingga observasi ini kurang lampiran yang detail.
Kendala
lain dari para peneliti adalah Bahasa, minimnya skill bahasa Inggris yang
dimiliki para peneliti membuat hasil obsevasi ini tidak bisa menggali data
secara mendalam pada saat melakukan wawancara dengan mahasiswa dari Belanda. Selain
itu peneliti juga tidak melihat langsung fisiotherapy yang dilakukan oleh Bapak
Anas dan Ibu Intan karena layanan obeservasi sedang jam istirahat.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
garis besar, penanganan pada Anak ADHD di Yayasan Sayap Ibu sudah baik. Dengan adanya
pelayanan Fisiotherapy dan kesehatan anak, membuat perkembangan anak ADHD
meningkat. Namun kurangnya tenaga kerja seperti pengasuh membuat pelayanan
terhadap anak ADHD kurang maksimal.
B.
Pesan Dan Kesan
a.
Pesan
1)
Bagi pengurus
Panti : menjadikan mereka untuk lebih sabar dalam menghadapi anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus, khususnya anak hiperaktif, selain itu diharapkan
juga Panti bisa mengoptimalkan Fisioterapi bagi anak hiperaktif.
2)
Bagi Pengasuh :
lebih sabar dan ikhlas ketika merawat anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus.Bagi masyarakat : memahami mereka dengan segala kekurangan yang
dimilikinya.Bagi Peneliti : semoga ilmu yang didapatkan di Yayasan Sayap Ibu bisa
berguna dikemudian hari, dan bisa dijadikan sumbangan keilmuan ketika
menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus.
b. Kesan
Hal
yang paling berkesan adalah ketika kita dihadapkan pada lingkungan anak
berkebutuhan khusustentu saja perasaan yang pertama kali muncul adalah Kasihan,
tapi sebenarnya dengan keadaan yang mereka seperti itu, mereka hanya butuh
dipahami tidak untuk dikasihani. Karena dengan memahami mereka merupakan cara
paling yang mudah untuk mensyukuri Nikmat yang telah Allah SWT berikan. Selain
itu, ketika menjadi relawan untuk
menangani anak berkebutuhan khusus, dibutuhkan keikhlasan. Karena anak-anak
yang berkebutuhan khusus memiliki kepekaan bathin, sehingga mereka pun bisa
merasakan apa yang telah diberikan tidak akan sia-sia.
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan; Kami jadikan kamu hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang termulia di antara disissi Allah
ialah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
mengenal.”(Q.S. 49 Al-Hujarat 13)
DAFTAR PUSTAKA
Arga Paternotte & Jan
Buitelaar. ADHD ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas).
Jakarta : Prenada Media Group. 2010.
Brosur
Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I Yogyakarta
anakhiperaktif.blogspot.com/2012/06/anak-hiperaktif-cek-menu-makan-bisa.htmlhttp://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/ciri-ciri-anak-hiperaktif-atau-penderita-adhd/
PEDOMAN WAWANCARA DI YAYASAN SAYAP
IBU
1. Letak geografis Yayasan Sayap Ibu
2. Sejarah berdirinya Yayasan Sayap Ibu
3. Visi-misi Yayasan Sayap Ibu
4. Tujuan berdirinya Yayasan Ibu
5. Struktur Organisasi Yayasan Sayap Ibu
6. Stuktur pengurus pelaksana harian
Yayasan Sayap Ibu
7. Jenis layanan yang ditawarkan Yayasan
Sayap Ibu
8. Sarana: Keadaan ruang kantor dan kelas,
kamar, tempat bermain, makan, kamar , mandi.
9. Prasarana: Instansi air, Jaringan
listrik, Jaringan telepon, internet, akses jalan
10. Jumlah pengasuh, jumlah psikiater,
dokter.
11. Jumlah anak ADHD, jenjang umur, jenis
kelamin, kegiatan sehari-hari.
12. Penyebab ADHD serta tipe ADHD
13. Alat untuk fisiotherapy, Fasilitas
(kamar tidur, toilet, tempat belajar, tempat bermain,dll)
14. Bentuk penanganan yang diberikan pada
anak ADHD
15. Metode-metode yang digunakan
16. Jangkah waktu penanganan pada anak ADHD
17. Hambatan penanganan anak ADHD
18. Kelebihan penanganan
19. Faktor pendukung
20. Tingkat keberhasilan
KETERANGAN: sebelum melakukan Observasi
kelompok kami diminta untuk memberikan Deskripsi Observasi terlebih dahulu
kepada kesekretariatan Yayasan Sayap Ibu yang berada di Pringwulung. Deskripsi
tersebut berisi Latar belakang masalah dan pedoman wawancara.
[1] Arga
Paternotte & Jan Buitelaar. ADHD
ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas). (Jakarta : Prenada Media Group). 2010. Hal 2
[2]anakhiperaktif.blogspot.com/2012/06/anak-hiperaktif-cek-menu-makan-bisa.htmldiunduh pada hari sabtu 24 November 2012 jam 17.00 Wib
[3]Ibid, hal 17-20
[4]http://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/ciri-ciri-anak-hiperaktif-atau-penderita-adhd/, diunduh pada hari Rabu, 28 November 2012 jam 09.00.
[5] Ibid 9
[6]www.wisegeek.org/what-is-physiotherapy.htm#slideshowdiunduh pada hari Rabu tanggal 28 November 2012 jam 09.00
Wib
[7] http://rasa-stroberi.blogspot.com/2012/08/cara-menangani-anak-hiperaktif-dunia.html diunduh pada hari rabu 28 november 2012 jam 09.00 wib
[8] Brosur
yayasan sayap ibu cabang yogyakarta.
[9] Hasil
observasi Rabu 7 november 2012 pukul 08.00 WIB
[10] Hasil
wawancara Rabu 7 november 2012 pukul 10.00 WIB
[11] Hasil
wawancara pada hari Rabu Tanggal 22 November Jam 11.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar